Sini!, Aku Bisikan Apa Enaknya Mendaki Gunung

Discussion in 'Tourism' started by Sani Ramadhan, Mar 13, 2017.

  1. Sani Ramadhan

    Sani Ramadhan New Member

    Joined:
    Mar 13, 2017
    Messages:
    7
    Likes Received:
    0
    Trophy Points:
    1
    [​IMG]
    Apa enaknya naik gunung?, sehingga kamu melantik dirimu sebagai orang yang kecanduan, mengaku sangat menggemari, padahal apa yang kamu dapat?, cape, baju kotor, ribet bawa carrier gede, harus hidup di hutan, fasilitas terbatas, sinyal ponsel gak ada, kedinginan pula. Membuat hidup semakin susah.

    Pertanyaan pesimis masih belum puas sampai di situ, naik gunung itu banyak resikonya, kedinginan di gunung (hipotermia), tersandung ke jurang, tersesat, tersambar petir, bertemu dengan binatang buas, diganggu makhluk halus dll. Kemudian apa yang membuatmu masih ngotot ingin pergi dari rumah nyaman menuju gunung yang penuh resiko?.

    Sebagai pembuktian belaka?, hanya ingin pamer foto di sosial media?, mau disebut jagoan?, biar dibilang beda?, untuk apa?, apa enaknya naik gunung?, apa manfaatnya?.

    Demikian adalah sebarisan pertanyaan yang ada di kepala saya 6 tahun yang lalu. Sebelum akhirnya saya merasa bahwa hidup saya berada dalam titik jenuh yang paling jenuh dalam menjalani rutinitas sehari-hari. Bangun, mandi, pergi kerja, pulang, nonton tv dan tidur. Diulang terus-menerus. Apakah hidup saya akan seperti ini terus sampai mati?. Saya pikir hal ini tidak boleh terjadi, toh hidup hanya satu kali.

    Akhirnya saya memberanikan diri, mendobarak setiap pertanyaan itu, lari dari kebosanan, menjauh dari kenyamanan dan saya mencoba pergi dari rumah untuk pergi mendaki gunung, melewati hutan rimba, tanah antah berantah.

    Setelah bertanya kepada kawan-kawan pendaki serta googling sana-sini, ternyata kegiatan mendaki bukan pergi piknik merefresh otak yang tinggal jalan, banyak hal yang harus saya persiapkan, mulai dari persiapan fisik, logistik, mental dan perlengkapan mendaki yang tidaklah murah.

    Hampir menciutkan niat, karena sebelum melakukan pendakian pertama, saya harus membeli tas gunung, matras, tenda, sleeping bag, jaket tebal untuk menahan hawa dingin di atas gunung, sepatu khusus, sarung tangan, senter dsbg. Setelah memutar otak untuk me-minimalisir pengeluaran, meminjam dan menyewa beberapa perlengkapan, akhirnya niat pergi mendaki kembali bulat.

    Nyatanya, pendakian pertama di gunung Cikuray lebih menyiksa dari perkiraan, ingin turun kembali rasanya, "MENYERAH" adalah sebuah kata yang selalu tertulis dalam pikiran bila mengingat beban carriel yang harus dipikul, sengatan matahari yang begitu menusuk kulit, tanjakan-tanjakan sadis yang mengintai di depan mata, hidung terasa perih seperti terkelupas, dengkul sudah menjerit. Namun, berkat motivasi dari teman-teman dan saya melihat pendaki wanita yang begitu kuat melewati tanjakan Roheng, akhirnya semangat itu kembali bergelora. Semangat yang mengantarkan saya di puncak gunung Cikuray.

    Seperti ini rasanya menginjakan kaki di puncak gunung, sensasi yang baru saya rasakan, seperti bisul yang baru pecah?, lebih dari itu. Narapidana yang baru keluar dari jeruji?, lebih dari itu. Hutang gede yang baru dibayar?, lebih dari itu, sensasi ini terasa sangat beda. Hormon kebahagiaan itu membuncah seperti air laut yang tertimpa batu meteor besar. Duaaaaaar.

    Inilah sebuah puncak dengan keindahannya, kulihat hamparan awan yang menari-nari lentik, hiasan warna kuning dari sinar matahari yang hendak terbit, pemandangan ini begitu anggun di pelupuk mataku seakan mampu membayar setiap perjuangan yang kulakukan di jalur pendakian. Negri di atas awan. Puncak itu membuatku ketagihan, ingin mendaki lagi dan lagi.

    Pendakian-pendakian berikutnya membawaku kepada kenikmatan mendaki gunung yang lainnya. Bukan hanya puncak dan keindahannya, tapi persaudaraan di antara pendaki adalah sesuatu yang kuanggap sebuah anugrah, keluargaku kian bertambah, ada orang yang menyapa saat berpapasan, ada orang yang mengobati saat terluka, ada orang yang menunggu saat kelelahan, ada orang memberi air saat kehausan, semuanya begitu kunikmati.

    Tidak cukup sampai di situ, kenikmatan mendaki gunung begitu banyak yang semuanya telah saya tulis dalam manfaat mendaki gunung. Namun, menurut saya, kenikmatan yang paling utama adalah saat kita bisa pulang ke rumah dengan selamat.

    Setelah pulang dari pendakian, ternyata kasur butut di rumah sangatlah nyaman, kamar yang tidak begitu luas sangatlah hangat, masakan ibu sangatlah enak. Aku tersadar bahwa kehidupanku yang kulihat membosankan begitu patut dan harus aku sukuri. Beberapa pendakian mengajarkanku kepada arti sukur kepada tuhan yang telah memberikanku kehidupan ini. Aku bangga menjadi seorang pendaki gunung. Bagaimana dengan kamu?.
     
  2. Yunomi

    Yunomi Member

    Joined:
    Feb 25, 2017
    Messages:
    35
    Likes Received:
    2
    Trophy Points:
    8
    Belum pernah naik gunung saya gan, takut gelinding ke bawah *berkeringat*
     
  3. BangNasti

    BangNasti Member

    Joined:
    Dec 28, 2016
    Messages:
    122
    Likes Received:
    37
    Trophy Points:
    28
    lama pengen, namun belum kesampaian sampai sekarang...
     
  4. Sani Ramadhan

    Sani Ramadhan New Member

    Joined:
    Mar 13, 2017
    Messages:
    7
    Likes Received:
    0
    Trophy Points:
    1
    Cobain sekali aja gan, dijamin ketagihan.
     
  5. Sani Ramadhan

    Sani Ramadhan New Member

    Joined:
    Mar 13, 2017
    Messages:
    7
    Likes Received:
    0
    Trophy Points:
    1
    Cobain gan, jangan ragu, enaknya bikin ketagihan
     
  6. Explore Wisata

    Explore Wisata Member

    Joined:
    Jan 30, 2017
    Messages:
    429
    Likes Received:
    23
    Trophy Points:
    18
    yang pasti seru dan menantang ya gan hehehe
     
  7. Sani Ramadhan

    Sani Ramadhan New Member

    Joined:
    Mar 13, 2017
    Messages:
    7
    Likes Received:
    0
    Trophy Points:
    1
    Bener gan, banyak hal baru yang pasti ditemui.
     
Loading...

Share This Page