… kita berada dalam semacam gelembung ketidakberesan: dunia palsu dihasilkan oleh – kekuatan determinisme astral, apapun itu. -Philip K. Dick, The Exegesis- Ini adalah pengantar untuk esai yang berjudul Ketakutan Akan Teknologi, saya menyicil tulisan ini karena saya sedang mengalami sakit mata sekarang. Semoga dapat konsisten kedepannya dan dapat selesai. John Dewey mengatakan bahwa “ancaman serius terhadap demokrasi kita bukanlah eksistensi negara-negara totaliter asing. Tetapi adalah keberadaan dalam sikap pribadi kita sendiri dan di dalam institusi kita sendiri yang telah memberikan kemenangan kepada otoritas, disiplin, keseragaman dan ketergantungan atas Pemimpin … Medan perang juga ada di dalam diri kita dan institusi kita. “[1] Akhir-akhir ini penulis sudah mulai melihat maksud Erich Fromm, bahwa apa yang ditakuti seseorang adalah apa yang mendorong mereka untuk melarikan diri ke tirani daripada kebebasan, dan pelarian ini juga adalah bentuk penggunaan otonomi dan kebebasan, tetapi di atas alasan bahwa diri ini (manusia) mesti menghindar dari semua yang ditakuti. Mencari pemahaman mengapa manusia takut kebebasan atau, seperti yang Fromm bilang -kesepian, isolasi, independensi. Dalam diagnosisnya yang sederhana ia temukan berkali-kali, orang memilih dua jalan untuk melarikan diri dari kesendirian. Jalan pertama adalah penerimaan positif atas otonomi dan keterpisahan, dan individu-individu ini akan menghadapi diri mereka sendiri dan dunia sedemikian rupa sehingga mereka dapat menghubungkan diri mereka secara spontan dengan hal itu dalam cinta dan pekerjaan, dalam ekspresi asli kapasitas emosional, sensual, dan intelektual. ; Masing-masing bisa menyatu dengan antar manusia, alam, dan diri mereka sendiri, tanpa melepaskan independensi dan integritas singularitas mereka. (Fromm, 120) Bentuk lainnya, orang-orang seperti tiba-tiba terbangun di dalam kesendirian, kebebasan, dan otonomi dan akhirnya malah merasakan kecemasan, panik, dan akhirnya takut, membawa mereka untuk menyerah sepenuhnya pada ketakutan mereka dan berlari tunggang langgang ke dalam kehidupan sosial yang tunggal, kepada otoritas eksternal yang sepenuhnya mengesampingkan diri kita (manusia) dari kebebasan dan otonomi sebelumnya. (Fromm, 121) Seperti yang dikatakan tentang jalan pelarian kedua ini, orang-orang seperti itu “menunjukkan kecenderungan untuk meremehkan diri mereka sendiri, merasa bahwa diri mereka lemah, dan tidak menguasai banyak hal.” Secara tampak, orang-orang ini menunjukkan ketergantungan yang nyata pada kekuatan di luar diri mereka, pada orang lain, atau institusi, atau alam. Mereka mencari keamanan, kenyamanan, dan perlindungan bahkan sampai terjerumus dan diperbudak oleh peraturan otoriter dalam setiap detail kehidupan mereka. Secara pasif menerima bentuk disiplin dan kontrol yang paling mengerikan dalam pikiran dan tubuh mereka. (Anggap tirani semacam itu sebagai Korea Utara?) Sebenarnya, Fromm seperti Karen Horney akan sampai pada kesimpulan setelah bertahun-tahun mempelajari pasiennya, bahwa usaha masokis dan sadis dalam individu cenderung membantu mereka melepaskan diri dari perasaan kesepian yang tak tertahankan. Catatan Kaki [1] Fromm, Erich. The Fear of Freedom. Routledge, 1942. Tulisan bersumber dari blog saya Anarkontingensi: https://anarkontingensi.wordpress.com/2017/07/22/ketakutan-akan-teknologi-bagian-pengantar/ Schizofriend, Jul 25, 2017 #1 Unmetered Member Joined: Nov 12, 2015 Messages: 483 Likes Received: 69 Trophy Points: 28 Saya paling takut pada datangnya rasa takut itu sendiri... Unmetered, Jul 25, 2017 #2 Schizofriend likes this. Schizofriend New Member Joined: Jul 25, 2017 Messages: 8 Likes Received: 1 Trophy Points: 3 Takut dengan rasa takut? kenapa kak? Rasa takut juga adalah mekanisme bertahan hidup, ketika manusia mengukur seberapa mampu dirinya menghadapi masalah yang ada di depan matanya. Kadang, rasa takut sangat berguna dan dibutuhkan... Schizofriend, Jul 25, 2017 #3 Schizofriend New Member Joined: Jul 25, 2017 Messages: 8 Likes Received: 1 Trophy Points: 3 Dan ketakutan-ketakutan itu membuat kita dihadapkan pada dua pilihan: "Beradaptasi dengan Otonomi" ATAU "Lari ke Arah Tiran"... Schizofriend, Aug 5, 2017 #4 lasealwin Well-Known Member Joined: Aug 1, 2015 Messages: 1,862 Likes Received: 171 Trophy Points: 63 Tidak ada ketakutan yang menakutkan selama kita berjalan dalam kebenaran yang hakiki. Salam... lasealwin, Jan 22, 2018 #5 (You must log in or sign up to reply here.) Show Ignored Content Loading... Similar Threads - [ESAI] Ketakutan akan [ESAI] Gambaran Perang Masa Depan: Neurosains dan Militer Schizofriend, Jul 25, 2017, in forum: Science Replies: 8 Views: 3,117 lasealwin Jan 22, 2018 Share This Page Tweet Log in with Facebook Log in with Twitter Your name or email address: Do you already have an account? No, create an account now. Yes, my password is: Forgot your password? Stay logged in
Takut dengan rasa takut? kenapa kak? Rasa takut juga adalah mekanisme bertahan hidup, ketika manusia mengukur seberapa mampu dirinya menghadapi masalah yang ada di depan matanya. Kadang, rasa takut sangat berguna dan dibutuhkan...
Dan ketakutan-ketakutan itu membuat kita dihadapkan pada dua pilihan: "Beradaptasi dengan Otonomi" ATAU "Lari ke Arah Tiran"...