7 Penyebab yang Membuat Vagina Anda Terasa Gatal

Discussion in 'Health & Medical' started by ussy susilawati, Mar 19, 2018.

  1. Tidak mudah memang untuk menggaruk gatal di bawah sana, yang menjadikannya begitu menyebalkan jika gatal menyerang di keramaian — apalagi saat datang tanpa peringatan apapun sebelumnya. Vagina gatal bisa disebabkan oleh sesuatu yang remeh, misalnya produk kewanitaan Anda, dan tidak harus dikhawatirkan berlebihan. Tetapi pada kasus tertentu, vagina gatal bisa menjadi pertanda dari masalah yang lebih serius — infeksi, misalnya.

    Panduan ini akan membantu Anda mengetahui persis apa yang membuat Anda begitu sengsara, berikut apa saja pilihan pengobatannya. Tetapi, akan selalu lebih baik untuk tetap berkonsultasi dengan penyedia layanan kesehatan Anda untuk diagnosis dan perawatan yang tepat.

    Apa saja penyebab vagina gatal?
    1. ‘Kecelakaan’ saat bercukur
    Saat baru selesai bercukur, kulit memang terasa halus dan bersih selama beberapa waktu. Namun, saat rambut pubis akhirnya tumbuh kembali, Anda akan merasa gatal. Alternatifnya, trim ujung rambut saja atau dapatkan bikini wax.

    2. Bacterial vaginosis
    Bacterial vaginosis (BV) adalah alasan paling umum dari vagina yang terasa gatal. BV disebabkan oleh ketidakseimbangan bakteri baik dan jahat, juga perubahan pH dalam vagina.

    Bacterial vaginosis dapat menyebabkan vagina terasa gatal. Namun, tanda dan gejala BV ini mirip dengan infeksi jamur vagina. Jika Anda menghubungi dokter dan hanya menjelaskan tentang keluhan vagina gatal, ia akan cenderung merujuk kondisi Anda pada infeksi jamur, trichomoniasis, atau iritasi superfisial.

    Yang membedakan keduanya, keputihan akibat BV memiliki tekstur yang lebih cair, berwarna putih susu keabuan atau kuning, dan berbau amis menyengat. Jadi, pastikan Anda mencatat semua tanda dan gejala yang Anda rasakan sedetil mungkin, termasuk karakteristik keputihan Anda, yang dapat membantu banyak dalam menentukan masalah Anda.

    Untuk mengobati BV, dokter biasanya meresepkan antibiotik dalam bentuk pil, krim, atau kapsul (disebut ovula) yang Anda masukkan ke dalam vagina Anda. Jika Anda sedang hamil, Anda akan diresepkan antibiotik pil. BV biasanya akan mereda dalam 2-3 hari setelah penggunaan antibiotik, tetapi lama pengobatan berlangsung selama 7 hari. Jangan hentikan penggunaan obat sebelum jangka waktu resep habis, bahkan jika Anda sudah merasa baikan. Pastikan untuk menaati aturan pakai dan jangka waktu penggunaan dosis.

    2. Infeksi jamur
    Sekitar 3 dari 4 wanita mengalami infeksi jamur vagina (vaginal candidiasis) dalam hidupnya. Seperti BV, infeksi jamur merupakan hasil dari ketidakseimbangan koloni bakteri dan pH vagina. Infeksi jamur terjadi saat ragi vagina, candida, berkembang pesat di luar batas normal dalam vagina dan vulva. Kehamilan, hubungan seks, antibiotik, dan sistem imun yang melemah dapat membuat wanita lebih rentan mengalami infeksi jamur.

    Selain vagina gatal dan iritasi, infeksi jamur akan membuat vagina memproduksi cairan keputihan yang bertekstur kental bernongkah dan berwarna putih susu.

    Infeksi jamur bisa diobati dengan obat non-resep yang ditemukan di apotek, namun para pakar menyarankan Anda untuk mendiskusikan dengan dokter mengenai tanda dan gejala yang Anda derita daripada terburu-buru membeli obat bebas di apotek. Untuk menghindari infeksi berulang, dokter merekomendasikan untuk menggunakan probiotik yang mengandung bakteri acidophillus dalam konsentrasi tinggi, yang akan membantu menekan pertumbuhan jamur.

    Jika Anda sembrono dalam mengobati diri sendiri dan ternyata keluhan Anda bukanlah akibat infeksi jamur, Anda hanya akan menempatkan diri Anda pada masalah yang lebih besar.

    3. Dermatitis kontak
    Dermatitis kontak adalah jenis iritasi kulit yang disebabkan oleh alergi terhadap produk tertentu. Anda bisa terjangkit dermatitis kontak dari mana saja, termasuk kondom dan lubrikan, shampo, pelembut pakaian, tisu toilet berpewangi, sabun mandi, atau deterjen pencuci baju.

    Selain vagina gatal, Anda mungkin juga memperhatikan adanya kemerahan, pembengkakan, dan penebalan kulit di area yang terpengaruh dan sekitarnya.

    Jika Anda tahu bahwa Anda rentan terhadap iritasi vagina, gunakan produk perawatan tubuh hypoallergenic. Selain itu, hindari bercukur jika kulit Anda sensitif — dan jangan pernah lakukan vaginal douche. Vagina adalah salah satu organ tubuh yang memiliki program pembersihan diri otomatis, jadi Anda tidak perlu untuk repot-repot membeli sabun kewanitaan berpewangi.

    Kita sering berbicara tentang kebersihan pribadi. Hal ini termasuk tidak menggunakan produk kewanitaan apapun yang berpewangi, termasuk menaburkan bedak di vagina. Semua kebiasaan buruk ini dapat memicu timbulnya masalah, yang saat Anda menggaruknya, malah akan tambah terasa gatal, hingga berujung pada infeksi. Selain itu, perlakuan seperti ini dapat menyebabkan perubahan pH dari vagina yang membuat Anda lebih rentan terhadap BV.

    4. Eksim atau psoriasis
    Kedua gangguan kulit genetik ini dapat menyebabkan vagina gatal yang diikuti dengan belang ruam kemerahan.

    Jika Anda didiagnosis dengan salah satu kondisi medis ini, keluhan vagina gatal dan memerah dapat dikelola menggunakan steroid ringan, seperti hydrocortisone, dan berendam dalam bubur oatmeal untuk meredakan rasa tidak nyaman yang diakibatkan kedua kondisi ini.

    Jika Anda tidak merasa membaik setelah satu minggu, tanyakan pada dokter mengenai pilihan pengobatan selanjutnya,

    5. Penyakit kelamin
    Praktik seks tidak aman dapat menyebabkan penyakit kelamin menular, dan banyak dari penyakit ini membuat vagina terasa gatal, termasuk klamidia, herpes genital, trikomoniasis, dan gonore. Kutu kemaluan juga dapat muncul pada wanita yang memelihara rambut pubis.

    Sensasi gatal pada vagina dapat berkembang menjadi rasa nyeri dan terbakar. Jika Anda mengalami vagina gatal yang diikuti oleh gejala klasik lain dari penyakit kelamin, seperti nyeri saat buang air kecil, keputihan berbau busuk, dan sakit saat berhubungan seks, segera hubungi dokter Anda untuk mendapatkan rangkaian tes dan uji laboratorium untuk diagnosis penyakit kelamin. Jika terbukti positif, dokter akan meresepkan antibiotik, baik dalam bentuk oral atau suntik, atau obat-obatan antivirus untuk kasus herpes.

    6. Menopause
    Kapan saja tingkat hormon tubuh Anda naik-turun — seperti saat menstruasi, kehamilan, menggunakan pil KB, atau menopause — besar kemungkinannya Anda akan mengalami gatal pada vagina.

    Kadar estrogen yang menurun saat menopause dapat menyebabkan dinding vagina mengering dan menipis. Penipisan dinding vagina juga merupakan masalah yang umum ditemukan pada ibu menyusui.

    Saat menstruasi, produk-produk kewanitaan yang Anda gunakan, seperti pembalut atau panty liner, seringnya mengandung pewangi atau pewarna yang dapat memperparah sensasi tidak nyaman Anda.

    Pada kasus vagina gatal akibat perubahan hormon, dokter biasanya akan meresepkan krim hormon topikal yang dapat Anda oleskan lansung di area yang bermasalah. Namun, Anda juga dapat meminta untuk beralih ke versi pil jika gatal tidak kunjung menghilang.

    7. Lichen sclerosus
    Lichen sclerosus adalah kondisi langka dan serius yang menyebabkan timbulnya bercak putih di kulit, khususnya di sekitar vulva. Kondisi ini paling mungkin ditemukan pada wanita pascamenopause.

    Bercak putih ini bisa datang tiba-tiba, namun para pakar berpendapat bahwa hormon atau sistem imun tubuh yang overakif memiliki peran di balik kondisi ini. Bercak putih akibat lichen sclerosus dapat menjadi luka permanen di sekitar vagina.

    Lichen sclerosis perlu didiagnosis oleh dokter kandungan dan bisa diobati dengan obat resep.

    Vagina gatal seringnya akan membaik dengan sendirinya. Namun, jika keluhan berlanjut, semakin parah, atau kambuh setelah perawatan pertama, konsultasikan dengan dokter Dokter dapat melakukan pemeriksaan panggul, juga mungkin mengambil sampel cairan vagina Anda untuk mencari tahu sumber masalah.
     
Loading...

Share This Page