Belajar Beropini Tentang Sudut Pandang Sekarang Dan Para Pendahulu

Discussion in 'Education' started by ais elkiram, Nov 25, 2015.

?

Apa tanggapan anda tentang opini ini ?

  1. Bagus

    0 vote(s)
    0.0%
  2. Cukup Bagus

    0 vote(s)
    0.0%
  3. Buruk

    0 vote(s)
    0.0%
  4. Sangat buruk woy ....

    0 vote(s)
    0.0%
  5. Tidak memberikan vote, untuk menghargai penulis. Padahal sangat-sangat jelek tapi takut menyinggung.

    0 vote(s)
    0.0%
  1. ais elkiram

    ais elkiram Well-Known Member

    Joined:
    Feb 10, 2015
    Messages:
    1,296
    Likes Received:
    220
    Trophy Points:
    63
    Sebagai manusia yang mempunyai sudut pandang berbeda, mempunyai cara penyampaian yang berbeda pula, maka baik rasa nya sebuah opini di rembukkan, di perbincangkan, di telaah kembali, apakah ada sisi kesalahan dalam sudut pandang kita.
    Kenapa sudut pandang menjadi sisi yang harus di perbincangkan?. ​
    Hal tersebut tidak lepas dari dasar semua pemikiran yang di yakini, sudut pandang seseorang akan sangat mempengaruhi cara menilai sesuatu, orang yang melihat sesuatu dari sisi kiri bisa saja mengatakan ini itu begini dan begitu, berbalik dengan orang yang melihat dari sisi kanan, sehingga terkadang menciptakan perbeda'an hasil dan penedefinisian sesuatu itu tersebut.

    Yang saya mau tulis di sini adalah perbeda'an sudut pandang orang-orang modern yang kadang berbeda dengan sudut pandang para orang tua mereka, perbedaan ini menjadi perhatian saya saat terjadinya kesalahan pahaman dalam menentukan tindakan.

    Masyarakat modern atau masyarakat yang mungkin akan di kenal sebagai masyarakat yang sejatinya harusnya mempunyai budaya dan peradaban lebih bijak dan baik dari masyarakat yang terdahulu, memang saat ini mengalami pergeseran sudut pandang yang sangat cepat, setidaknya begitulah saya memahami tentang semua itu.​

    Masyarakat kita lebih cendrung mulai bergeser dari peradaban yang di bangun oleh para nenek moyangnya masing-masing secara systematis, jadi berubahnya peradaban masyarakat modern sekarang ini seolah tidak di sadari oleh para masyarakat tersebut, sebenarnya jika perubahan tersebut mencakup hal-hal yang negatif dari masa lampau menuju hal yang positif maka perubahan tersebut adalah keharusan yang wajib di dukung, namun sayangnya nilai-nilai moral yang baik dari pendahulu-pendahulu masyarakat juga ikut bergeser, bahkan pada nilai baik atau buruk itu sendiri.

    Perbedaan nilai sebuah kebaikkan dan keburukan serta tolak ukurnya antara masyarakat dahulu dan masyarakat modern dapat di lihat dari system pendidikan dan tujuan nya, hal tersebut sudah pasti akan menimbulkan pergesekan antara sekelompuk orang yang masih memiliki sudut pandang masa lampau dan masa sekarang.
    • Era Modern adalah di mana pendidikan di bangun untuk menciptakan sebuah masyarakat yang produktif dalam segala bidang, sarjana banyak di lahirkan dalam tolak ukur kesoksesan nya lewat berapa banyak, apa dan bagai mana seorang sarjana mampu bersaing dengan sarjana lain dalam hal menghasilkan sesuatu. Jika ukuran nya adalah uang maka seorang sarjana yang mampu menempati posisi jabatan lebih tinggi dan penghasilan lebih tinggi juga, sarjana tersebut di anggap sarjana yang sokses. Jika ukuran nya adalah produktifitas tertentu maka sarjana yang menghasilkan lebih banyak adalah sarjana yang sokses sesuai harapan, kebanyakan materi adalah pengukur dalam kesoksesan seorang yang berpendidikan.
    • Namun jika kita kembali kejaman orang tua atau nenek dan kakek kita maka sebuah pendidikan adalah media untuk menampa sebuah karakter jati diri sesuai harapan, artinya begini seseorang di didik untuk menjadi pengganti dari generasi yang terdahulu, terlepas bagai mana hasilnya, maka orang dahulu ada kecendrungan untuk mempertahankan apa yang sudah di hasilkan dan kalau bisa lebih. Dalam segala aspek kehidupan seseorang anak di ajari untuk melampui apa saja yang di raih oleh orang tuanya, dalam hal materi misalnya seorang anak di ajari orang mempunyai penghidupan lebih baik dari orang tuanya, dalam hal moral pun sama seorang anak di ajari untuk memiliki nilai moral yang lebih baik dari orang tuanya, minimal mewarisi moral-moral yang di miliki orang tuanya.
    Apakah perbedaan keduanya karena jika di lihat sekilas sama namun haqiqatnya berbeda, dan apa perbedaan tersebut ?
    • Masyarakat modern pada dasarnya di tuntut untuk melangkah sendiri menemukan jalan-jalan nya sendiri walau berbeda dengan jalan yang di tempuh oleh pendahulunya, dalam hal ini ada baiknya namun juga ada sisi buruknya, sisi baiknya hal tersebut melahirkan hasil-hasil yang berbeda dengan pendahulunya, persaingan antara satu sama lain akan jelas terlihat namun hal tersebut akan menciptakan sebuah penomena, di mana antara satu sama lain saling mendahului dan saling menjatuhkan, dan sikap egoisme kepentingan diri akan lebih di timbulkan karena setiap antara satu sama lain mempunyai tuntutan yang sama dengan cara yang berbeda. Hal tersebut sudah pasti akan lambat laun menciptakan pergesekan kepentingan antara satu sama lainnya.
    • Sementara sudut pandang orang dulu walau terkesan tidak ada kemajuan dalam melangkah namun secara kseluruhan akan membuat labirin dinding yang kokoh antar sesama, di mana nilai-nilai moral seperti sikap gotong royong, saling membantu antar satu sama lain, dan nilai bijak yang di ajarkan secara bersama'an sebagai wujud nyata dari pola fikir orang dulu, sejatinya akan menciptakan sebuah keharmonisan antara satu sama lain, yang terlebih dahulu akan mengayomi yang belum, sementara yang terkebelangan terus mendukung orang-orang yang lebih dahulu maju.
    Sekedar contoh pergeseran sudut pandang yang mungkin akan sulit di cerna namun akan lebih mudah jika kita melihat fakta real apa yang terjadi di masyarakat sekarang, sikap acuh tak acuh dengan orang lain, mendahulukan apa yang di butuhkan nya dari pada apa yang di perlukan oleh orang lain, hingga saling menjatuhkan dalam persaingan sejatinya adalah gambaran dari cara berfikir orang sekarang, jika cara berfikir ini terus di kembangkan tanpa ada sikap untuk menggali kembali nilai-nilai moral orang terdahulu maka hal tersebut kurang bagus bagi tatanan masyarakat timur seperti indonesia.

    Ada satu sudut pandang masyarakat sekarang yang sangat memperihatinkan yakni sebuah cara berfikir masyarakat yang mulai cendrung ke kapitalisme buta, di mana materi dan nilai-nilai sebagai bentuk acuan tersendiri. Jika kita kembali membuka lembaran masa lalu di mana masyarakat akan selalu menaruh hormat pada sesepuh suku atau adat, tokoh yang memiliki jasa tertentu pada msyarakat semisal seorang guru, pemerhati masyarakat yang dengan ringan tangan menguras tenaganya untuk masyarakat setempat. Maka di era modern seperti sekarang nilai-nilai tersebut akan semakin pudar, justru nilai-nilai materi lah yang mulai di dengungkan. Maka wajar pejabat pemerintah, saudagar kaya, atau sejenisnya lah yang akan semakin di hormati, bahkan walau tanpa ada bersentuhan langsung dengan masyarakat setempat, contoh ada mentri ini atau mentri itu maka orang-orang yang demikian akan sangat di hormati walau padahal pada kenyataan tidak ada tindakkan kongkrit yang bersentuhan dengan masyarakat setempat, justru misalkan ada guru honorer yang hampir setiap hari meluangkan waktunya mengajari anak-anak masyarakat setempat yang kalau di hitung-hitung akan sangat banyak berjasa malah kurang di hormati dan di hargai.

    Sudut pandang kapitalisme juga dapat kita lihat bagai mana sejumlah orang tua pun ikut menjadikan sisi materi sebagai salah satu tolak ukur keberhasilan dalam mendidik anak-anak mereka, lulusan sarjana apa, kerjanya sebagai apa, berapa gajih nya adalah hal yang sering di pertanyakan pada generasi muda, dalam menilai baik dan buruknya.

    Akan sedikit berbeda dengan masyarakat dahulu yang akan lebih cendrung mempertanyakan bagaimana sikapnya di masyarakat, bagaimana cara dia menghargai orang tua, bagai mana cara dia melakukan pekerjaannya ? jika baik cara dia bersikap, mampu menempatkan posisinya sebagai kalangan muda yang walau mempunyai daya pendidikan lebih baik orang tua namun tetap hormat, bagaimana cara dia bekerja apakah di lakukan dengan baik dan benar tanpa merugikan orang lain, mencari rejeki yang jelas baik dan halal maka itu akan di anggap kebaikkan dan ukuran bahwa orang tua nya sokses dalam mendidik dan membesarkan nya.
    [​IMG]

    Jadi pergeseran sudut pandang masyarakat modern dengan masyarakat dahulu adalah antara materi dan moral, orang modern lebih cendrung ke materi dalam mengukur sesuatu sedangkan orang dahulu lebih kepada moral, walau pada kenyataan nya di era modern sekarang ini pun masih banyak orang yang mempertahankan sisi moral di banding sisi materi, namun terkadang hal itu akan sedikit mengalami gesekan. Contoh di kepemerintahan selalu saja ada gesekan kepentingan yang mengejar materi dan nilai-nilai nya sebagai ukuran maju tidaknya negara ini. Serta sejumlah orang yang lebih mengedepankan sisi moral bangsa dan nilai-nilainya, maka sejatinya akan lebih baik jika keduanya saling berjalan bergantian walau mungkin itu bukan hal yang mudah, terkadang di jaman yang katanya maju ini untuk mendapatkan nilai-nilai materi harus mengorbankan moral sementara untuk mempertahankan moral kadang orang harus rela melewatkan materi dan lainnya.
    Wallahu a'lam ini hanya opini saya, kurang lebih nya mohon maaf. Di sadur dari catatan pribadi : Pergeseran sudut pandang
     
  2. rahman andi

    rahman andi Member

    Joined:
    Jan 14, 2015
    Messages:
    386
    Likes Received:
    25
    Trophy Points:
    28
    wah betul den , secara tidak sadar kebanyakan dari kita lebih menghormati yang beduet . Mungkin dengan harapan mereka kecipratan duitnya wkwkw:D
     
Loading...

Share This Page