Berbincang Seru seputar ” Limbah yang tidak selamanya HANYA sebagai Limbah belaka” (Part 1)

Discussion in 'Science' started by Leona_, Aug 22, 2017.

  1. Leona_

    Leona_ New Member

    Joined:
    Aug 14, 2017
    Messages:
    8
    Likes Received:
    1
    Trophy Points:
    3
    Bonjour…

    Hello sahabat tif ,

    Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman hayati yang tinggi, apalagi negara kepulauan ini di dominasi oleh Hutan Hujan Tropis. Sama-sama telah kita ketahui bahwa variasi flora dan fauna yang menghuni hutan tersebut lebih bersifat heterogen atau beragam sekali. Tak jarang banyak sekali hutan yang telah beralih fungsi dijadikan lahan untuk pertanian seperti perkebunan, peternakan dan juga sebagai lahan pemukiman. Oleh karena itu Indonesia dikenal sebagai negara agraris dan juga sebagai negara maritim. Setiap sektor ini, baik pertanian dan perikanan menghasilkan limbah. Menurut KBBI limbah adalah “lim·bah n 1 sisa proses produksi; 2 bahan yg tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk maksud biasa atau utama dl pembuatan atau pemakaian: — pabrik mencemarkan air di daerah sekitarnya; 3 barang rusak atau cacat dl proses produksi” . Meskipun dari definisinya limbah merupakan bahan sisa dan tidak memiliki nilai atau tidak berharga, namun di tangan scientist dan orang-orang yang kreatif limbah dapat diubah menjadi sesuatu hal yang bermanfat dan berfaedah. Pasti Sahabat semua penasaran bukan limbah apa saja yang memiliki manfaat? Manfaat seperti apa? dan apa hubungannya limbah dengan bioenergi?? let see……Sahabat tau tidak, banyak sekali limbah yang kita anggap tidak “berfedah” atau tidak bermanfaat ternyata dapat diubah menjadi berbagai jenis Bioenergi. Mau tau apa aja?


    Limbah Jerami padi sebagai penghasil gas methana

    Setiap tahunnya pasca panen padi dapat menghasilkan lebih dari ratusan juta ton limbah jerami padi yang dihasilkan lahan sawah se-Indonesia. Pemanfaatan jerami ini selain sebagai pakan ternak dan pupuk organik masih bisa diambil gas metana nya untuk sumber energi terbarukan. Namun kenyataannya jerami padi masih sering dibakar oleh para petani karena belum bisa memanfaatkanya sebagai sumber energi terbarukan. Hal ini didasari oleh karena banyaknya jumlahnya limbah jerami padi mencapai 180 juta ton tiap tahunnya dan sebanyak 36-62% dibuang dan dibakar oleh masyarakat. Jerami padi mengandung 37.71% selulosa; 21,99% hemiselulosa; 16.62% lignin (Dewi 2002). Menurut penelitian Novianto et.al (2015) gas metana yang berasal dari biomassa berlignoselulosa berupa limbah jerami padi menggunakan hasil fermentasi dari mikroorganisme rumen menghasilkan rasio energi output/input yang cukup besar yaitu 28 Mj/Mj. Gas metana adalah bahan bakar yang bisa dihasilkan dari proses anaerobik. Sehingga diharapkan dimasa mendatang dapat diproduksi dalam skala global dan dirasakan manfaatnya oleh seluruh masyarakat khususnya para petani padi agar mendapatkan pemasukan yang lebih banyak dan hidup sejahtera.

    [FYI] selain dapat digunakan sebagai gas methana, limbah jerami padi ini dapat dimanfaatkan sebagai penghasil perisa vanili dari bahan organik.

    Empat mahasiswa dari Universitas Brawijaya (UB) –Himawan Auladana, Rizki Septian, Rulyawan Ediwasito, dan Elyda Amelia Noor terpillih sebagai 10 besar peserta kompetisi pangan bertaraf internasional bertajuk “Thought for Food”. Mereka baru saja mengikuti sesi akhir kompetisi yang diadakan selama tiga minggu di Amsterdam, Belanda, itu pada Mei-Juni 2017 lalu. Penelitian yang mereka lakukan membuat produk vanili alternatif. Senyawa vanilin (C8H8O3), komponen utama dari vanili, yang berhasil mereka hasilkan dari jerami itu mereka namakan LignoFlava yang merupakan singkatan dari lignocellulose flavor agent natural vanillin yang berarti perasa vanili alami dari lignoselulosa.

    Sahabat harus tau, banyak perusahaan industri berlomba-lomba membuat vanili sintetis untuk memenuhi permintaan pasar terhadap produk yang lazim digunakan sebagai bahan penguat rasa kue, cokelat, es krim, permen, parfum, dan bahkan bahan kosmetik. Sebagian dari mereka membuat vanili sintetis dari bahan kimia turunan minyak bumi (petrochemical) yang tak ramah lingkungan dan dapat menimbulkan efek berbahaya jika dikonsumsi terus-menerus, seperti alergi, iritasi kulit dan mata, migrain, hingga kanker.

    Kombinasi Limbah Tanaman Jagung dan Limbah Tempurung Kelapa sebagai Solid Biofuel


    Sahabat harus tau bahwa potensi energi limbah pada komoditas jagung dan memiliki banyak kegunaan diantaranya adalah untuk pakan ternak, dalam hal ini pemerintah telah mencanangkan program pengembangan peternakan secara terintegrasi (Crop Livestock System/ CLS). Oleh karena itu, optimasi pemanfaatan limbah jagung sangat diperlukan untuk mendapatkan keuntungan yang optimal. Untuk memperkirakan potensi riil energi limbah jagung, penggunaan tongkol jagung untuk keperluan bahan bakar sekitar 90% sedangkan limbah batang dan daun sekitar 30% dari potensi yang ada. Sebagai salah satu negara pertanian, Indonesia menghasilkan jagung dalam bentuk pipilan kering. Menurut data statistik (BPS 2015), produksi jagung tahun 2015 sebesar 19.611.704 ton pipilan kering. Produksi jagung pipilan menyisakan tongkoljagung sebagai limbah pertanian sebesar 30% jagung. Limbah lignoselulosik banyak tersedia pada tongkol jagung, sehingga banyak sumber biofuel yang berpotensi dimanfaatkan menjadi biomassa.

    Limbah lignoselulosik yang lain dapat diperoleh dari tempurung kelapa. Kandungan kimia dari tempurung kelapa adalah selulosa (34%), hemiselulosa (21%) dan lignin (27%). Sedangkan bobot tempurung mencapai 12-19% dari bobot buah kelapa (Hambali, 2007). Menurut Badan Pusat Statistik 2014 produksi buah kelapa sebesar 3.262,72ton maka terdapat sekitar 12% tempurung yang dihasilkan. Potensi untuk produksi tempurung tersebut belum dimanfaatkan sepenuhnya untuk kegiatan produktif yang dapat meningkatkan nilai tambah, sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani kelapa. Menurut data Kementrian ESDM 2014 tempurung kelapa memiliki kalor bakar mencapai 4300 kkal/kg dengan kelembaban 15% sehingga tempurung kelapa merupakan sumber biofuel yang sangat berpotensi untuk diaplikasikan menjadi biomassa.

    Menurut penelitian Putri et al. (2017) kombinasi dari limbah tonggol jagung dan tempurung kelapa dapat menghasilkan bahan solid biofuel dengan menggunakan proses hydrothermal. Untuk sahabat yang kepo dan pengen tau info lebih lanjut tentang penelitian tersebut dapat di download link ini dengan judul “Solid Biofuel dari Campuran Tongkol Jagung dan Tempurung Kelapa dengan Metode Hydrothermalsebagai Substituen Energi dalam Upaya Reduksi Sampah Pertanian”.

    klik link sumber dibawah ini :

    leonatiffany.wordpress.com/2017/08/21/berbincang-seru-seputar-limbah-pertanian-dan-peternakan-tidak-selamanya-adalah-limbah/

    Danke :D
     
    Last edited by a moderator: Aug 22, 2017
  2. rosyad

    rosyad Active Member

    Joined:
    Dec 30, 2016
    Messages:
    1,106
    Likes Received:
    84
    Trophy Points:
    48
    Karena limbah termasuk sampah, dan kata sampah pasti gak beguna.

    Makanya jarang ada yang memanfaatkan den.
     

Share This Page