(Cerita Silat) Manusia Setengah Dewa eps 3

Discussion in 'Creative Art & Fine Art' started by cerita-silat, Feb 1, 2015.

  1. cerita-silat

    cerita-silat Member

    Joined:
    Dec 7, 2014
    Messages:
    292
    Likes Received:
    6
    Trophy Points:
    18
    Google+:
    tinggi besar itu menjatuhkan diri dan
    merintih kesakitan.
    Sin Liong mengerutkan alisnya. Di
    antara orang-orang yang minta
    pengobatan, dia paling tidak suka
    melihat orang kang-ouw yang dapat
    dikenal dari sikap kasar dan senjata
    yang selalu mereka bawa. Namun ,
    belum pernah dia menolak untuk
    mengobati mereka, bahkan diam-
    diam dia menilai mereka itu sebagai
    orang-orang yang berwatak serigala,
    yang haus darah, yang selalu saling
    bermusuhandan saling melukai,
    sehingga mereka ini merupakan
    manusia-manusia yang patut
    dikasihani karena tidak mengenai apa
    artinya ketentraman, kedamaian, dan
    kasih antar manusia yang
    mendatangkan ketenangan dan
    kebahagiaan. "Orang tua gagah,
    bukankah dua bulan yang lalu kau
    pernah datang dan minta obat karena
    luka di lengan kirimu yang
    keracunan?" tanyanya sambil
    menatap wajah berkulit hitam itu.
    "Benar, benar sekali, Sin-tong. Aku
    adalah Sin-hek-houw (Macan Hitam
    Sakti) yang dahulu terkena senjata
    jarum beracun di lenganku. Akan
    tetapi sekarang, aku menderita luka
    lebih parah lagi. Pahaku terbacok
    pedang lawan dan celakanya, pedang
    itu mengandung racun yang hebat
    sekali. Kalau kau tidak segera
    menolongku, aku akan mati, Sin-
    tong."
    Sin Liong tidak berkata apa-apa lagi,
    menghampiri orang yang di atas
    tanah itu, memeriksa luka
    mengangga di balik celana yang ikut
    terobek. Luka yang lebar dan dalam,
    luka yang tertutup oleh darah yang
    menghitam dan membengkak,
    seluruh kaki terasa panas tanda
    keracunan hebat Sin Liong menarik
    nafas panjang.
    "Lo-enghiong, mengapa engkau
    masih saja bertempur dengan orang
    lain, saling melukai dan saling
    membunuh? Bukankah dahulu ketika
    kau dating kesini pertama kali,
    pernah kau berjanji tidak akan lagi
    bertanding dengan orang lain?".Mata
    yang lebar itu melotot kemudian
    pandang matanya melembut. Tak
    mungkin dia dapat marah kepada
    anak ajaib ini. Seorang anak kecil
    berusia tujuh tahun dapat bicara
    seperti itu kepadanya, seolah-olah
    anak itu adalah seorang kakek yang
    menjadi pertapa dan hidup suci
    "Sin-tong, aku adalah Sin-hek-houw,
    dan jangan kau menyebut Lo-
    enghiong (Orang Tua Gagah)
    kepadaku. Aku adalah seorang
    perampok, mengertikah kau?
    Seorang perampok
    tunggal yang mengandalkan hidup
    dari merampok orang lewat Kalau
    aku tidak butuh barang, aku tentu
    tidak akan menganggu orang, dan
    kalau orang yang kumintai barangnya
    itu tidak melawan, aku tentu tidak
    akan menyerangnya. Akan tetapi,
    dua kali aku keliru menilai orang.
    Dahulu, aku menyerang seorang
    nenek yang kelihatan lemah, dan
    akibatnya lenganku terluka hebat.
    Sekarang, aku merampok seorang
    kakek yang kelihatan lemah, yang
    membawa barang
    berharga, dan akibatnya pahaku
    hampir buntung dan kini keracunan
    hebat. Kau tolonglah, aku akan
    berterima kasih kepadamu, Sin-tong
    dan akan mengabarkan sesuatu yang
    amat
    penting bagimu".
    "Lo-enghiong, aku tidk membutuhkan
    terima kasih dan balasan. Aku
    mengenal khasiat tetumbuhan di sini,
    tetumbuhan itu tumbuh di sini begitu
    saja mempersilahkan siapapun juga
    yang mengerti untuk memetik dan
    mempergunakannya, tanpa membeli,
    tanpa merampas
    dan tanpa menggunakan kekerasan.
    Aku hanya memetik dan
    menyerahkan kepadamu, perlu
    apa aku minta terima kasih dan
    balasan? Lukamu ini hebat seluruh
    kaki sudah panas, berarti darahmu
    telah keracunan, Untuk
    mengeluarkan racunnya yang masih
    mengeram di sekitar
    luka, sebaiknya luka itu dibuka agar
    dapat diobati, tidak seperti sekarang
    ini ditutup oleh darah beracun yang
    mengering. Dapatkah kau membuka
    lukamu itu, Lo-enghiong?" Orang
    setengah tua itu membelalakan mata
    dan kembali dia kagum mendengar
    cara bocah itu
    bicara, akan tetapi keheranannya
    lenyap ketika dia teringat bahwa
    bocah ini adalah Sin-tong, anak ajaib
    Maka dia lalu menghunus goloknya
    dan melihat berkelebatnya sinar
    golok, Sin Liong memejamkan
    matanya. Terbayan kembali tiga
    batang golok yang membacoki tubuh
    ayah bundanya, dan banyak golok
    yang kemudian membacoki tubuh
    tiga orang pencuri itu.
    Sin-hek-houw menggunakan ujung
    goloknya untuk menusuk dan
    membuka kembali luka di
    pahanya. Dia mengeluh keras, akan
    tetapi lukanya sudah terbuka dan
    darah hitam mengucur keluar.
    Dengan siksaan rasa nyeri yang
    hebat, Sin-hek-houw melemparkan
    goloknya dan
    menggunakan kedua tangannya
    memijit-mijit paha yang terasa nyeri
    itu.
    Sin Liong berlutut, menggunakan jari
    tangannya yang halus untuk bantu
    memijat sehingga darah makin
    banyak keluar.Darah hitam dan
    baunya membuat orang mau muntah
    Akan
    tetapi Sin Liong yang melakukan hal
    itu dengan rasa kasih sayang di hati,
    dengan rasa iba yang mendalam dan
    tidak dibuat-buat dan tidak pula
    disengaja, menerima bau itu dengan
    perasaan makin terharu. Betapa
    sengsara dan menderitanya orang ini,
    hanya demikian bisikan hatinya.
    Dia lalu mengambil bubukan akar
    tertentu, menabur bubukan itu ke
    dalam luka yang
    mengangga.
    "Aduhhhhh..mati aku...." Kakek itu
    berseru keras ketika merasa betapa
    obat itu mendatangkan rasa nyeri
    seperti ada puluhan ekor lebah
    menyengat-nyengat bagian yang
    terluka itu. "Harap kaupertahankan,
    Lo-enghiong
    sebentar juga akan hilang rasa
    nyerinya.
    Jangan lawan ras nyeri itu, hadapilah
    sebagai kenyataan dan ketahuilah
    bahwa bubuk itu adalah obat yang
    akan mengusir penyakit ini." Sambil
    berkata demikian, Sin Liong lalu
    menggunakan empat helai daun yang
    sudah diremas sehingga daun itu
    menjadi basah dan
    layu, kemudian ditutupnya luka itu
    dengan empat helai daun. Benar saja,
    rintihan orang itu makin perlahan
    tanda bahwa rasa nyerinya berkurang
    dan akhirnya orang itu menarik nafas
    panjang karena rasa nyerinya kini
    dapat ditahannya. "Harap Lo-
    enghiong membawa akar ini, dimasak
    dan airnya diminum. Khasiatnya
    untuk membersihkan racun yang
    masih berada di
    kakimu. Dengan demikian maka luka
    itu akan membusuk dan akan lekas
    sembuh. Obat bubuk
    dan daun-daun ini untuk mengganti
    obat setiap hari sekali, kiranya cukup
    untuk sepekan sampai luka itu
    sembuh sama sekali." Sin Liong
    berkata sambil membungkus obat-
    obat itu dengan sehelai daun yang
    lebar dan menyerahkannya kepada
    Sin-hek-houw.
    Orang kasar itu menerima bungkusan
    obat dan kembali menghela napas
    panjang.."Kalau saja aku dapat
    mempunyai seorang sahabat seperti
    engkau yang selalu berada di
    sampingku. Kalau saja aku dapat
    mempunyai seorang anak seperti
    engkau, kiranya aku tidak akan
    tersesat
    sejauh ini. Terima kasih, Sin-tong dan
    aku tidak dapat membalas apa-apa
    kecuali peringatan kepadamu bahwa
    engkau terancam bahaya besar".
    Sin Liong mengangkat muka
    memandang wajah berkulit hitam itu
    dengan heran. "Sin-tong, dunia kang-
    ouw telah geger dengan namamu.
    Orang-orang kang-ouw, termasuk
    aku, yang
    telah menerima pengobatanmu,
    membawa namamu di dunia kang-
    ouw dan terjadilah geger
    karena nama Sin-tong menjadi
    kembang bibir setiap orang kang-
    ouw. Banyak partai besar
    tertarik hatinya, menganggap engkau
    tentu penjelmaan dewa atau Sang
    Buddha dan kini telah banyak partai
    dan orang-orang gagah yang siap
    untuk dating kesini dan untuk
    membujukmu menjadi anggota
    mereka atau menjadi murid orang-
    orang kang-ouw yang terkenal.
    Celakanya, di antara mereka itu
    terdapat 2 orang manusia iblis yang
    lain lagi maksudnya, bukan maksud
    baik seperti tokoh dan partai
    persilatan, melainkan maksud keji
    terhadap
    dirimu." Sin liong mengerutkan
    alisnya, sedikitpun dia tidak merasa
    takut karena memang dia tidak
    mempunyai niat buruk terhadap siapa
    pun di dunia ini. "Lo-eng-hiong, aku
    hanya seorang anak kecil yang tidak
    tahu apa-apa, tidak mempunyai
    permusuhan dengan siapapun juga.
    Siapa orangnya yang akan
    menggangguku?"
    Kakek itu memandang terharu.
    "Ahh...kau benar-benar seorang yang
    aneh dan bersih hatimu.
    Kalau aku memiliki kepandaian, aku
    akan melindungimu dengan seluruh
    tubuh dan nyawaku, bukan hanya
    karena dua kali kau menolongku,
    melainkan karena tidak rela aku
    melihat orang mau merusak seorang
    bocah ajaib seperti engkau ini. Akan
    tetapi 2 orang iblis itu..." Sin-hek-
    houw menggiggil dan kelihatan jerih
    sekali. "Siapakah mereka dan apa
    yang mereka kehendaki dari aku?"
    "Di dunia kang-ouw, banyak terdapat
    golongan sesat, manusia-manusia
    iblis termasuk orang seperti aku.
    Akan tetapi dibandingkan dua orang
    yang kumaksudkan itu, mereka
    adalah dua ekor harimau buas
    sedangkan orang seperti aku
    hanyalah seekor tikus Yang seorang
    adalah kakek berpakaian pengemis,
    kelihatan seperti orang miskin yang
    alim, namun dialah iblis nomor satu,
    ketua Pat-Jiu Kai-pang, seorang
    yang memiliki rumah seperti istana
    dan wajahnya yang biasa dan alim
    menyembunyikan watak yang
    kejamnya melebihi iblis sendiri
    Celakalah engkau kalu sudah berada
    di tangan kakek ini Sin-tong."
    "Hemmm, kurasa seorang kakek
    seperti dia tidak membutuhkan
    seorang anak kecil seperti aku. Aku
    tidak khawatir dia akan
    mengangguku, Lo-eng-hiong"
    "Tidak aneh kalau kau berpendapat
    demikian, karena kau seorang anak
    ajaib yang berhati dan berpikiran
    polos dan murni. Akan tetapi aku
    khawatir sekali, apa lagi iblis kedua
    yang tidak kalah kejamnya. Dia
    seorang wanita, cantik dan tak ada
    yang tahu berapa usianya.
    Kelihatannya cantik, rambutnya
    panjang harum dan selalu membawa
    sebuah payung,
    kelihatannya lemah dan
    membutuhkan perlindungan. Akan
    tetapi, seperti iblis pertama,
    semua kecantikan dan kelemah-
    lembutannya itu menyembunyikan
    watak yang
    sesungguhnya, watak yang lebih keji
    dan kejam daripada iblis sendiri."
    "Lo-enghiong, harap saja Lo-
    enghiong tidak memburuk-burukkan
    orang lain seperti itu. Aku tidak
    percaya."
    Kakek itu menarik napas panjang lalu
    bangkit berdiri. "Aku sudah memberi
    peringatan kepadamu Sin-tong. Dan
    kalau kau mau, marilah kau ikut aku
    bersembunyi di tempat aman
    sehingga tidak ada seorang pun yang
    tahu. Setelah keadaan benar aman
    barulah kau kembali kesini. Aku
    mendengar berita angin bahwa dua
    iblis itu sedang menuju ke Jeng-hoa-
    san
    mencarimu."
    Namun Sin Liong menggeleng kepala
    "Aku dibutuhkan oleh penduduk
    pedusunan si sini, aku tidak pergi
    kemana-mana, Lo-enghiong."
    "Hemmm, sudahlah Aku sudah
    berusaha memperingatkanmu.
    Mudah-mudahan saja benar-
    benar tidak terjadi seperti yang
    kukhawatirkan. Dan lebih-lebih lagi
    mudah-mudahan
     
  2. rahman andi

    rahman andi Member

    Joined:
    Jan 14, 2015
    Messages:
    386
    Likes Received:
    25
    Trophy Points:
    28
    ini saya seperti di seintron bukan ceritanya ?*berkeringat*
     
Loading...

Share This Page