(Cerita Silat) Manusia Setengah Dewa eps 6

Discussion in 'Creative Art & Fine Art' started by cerita-silat, Feb 1, 2015.

  1. cerita-silat

    cerita-silat Member

    Joined:
    Dec 7, 2014
    Messages:
    292
    Likes Received:
    6
    Trophy Points:
    18
    Google+:
    menghadapi seekor harimau
    yang siap menerkamnya.
    Perasaan ngeri yang luar biasa
    membuat Kwat Lin cepat
    menggerakan tangan
    kanannya,
    dengan dua buah jari tangan
    dia menusuk ke arah ubun-
    ubun kepalanya sendiri sambil
    mengerahkan sinking. Batu
    karang saja akan berlubang
    terkena tusukan jari
    tangannya seperti itu apa lagi
    ubun-ubun kepalanya.
    "Plakkk"
    "Aihhh...." Kwat Lin menjerit
    ketika tangannya itu
    tertangkis dan setengah
    lumpuh. Ternyata kakek itu
    telah berdiri di depannya dan
    telah mencegah dia
    membunuh diri
    "Bretttt...bretttt...." Tongkat
    kakek itu bergerak beberapa
    kali dan seperti disulap saja
    seluruh pakaian yang
    membungkus tubuh Kwat Lin
    cabik-cabik dan cerai-berai,
    membuatnya menjadi
    telanjang bulat sama sekali
    Kwat Lin menjerit akan tetapi
    tiba-tiba, seperti seekor
    kucing menerkam tikus,
    sambil mengeluarkan suara
    ketawa menyeramkan, kakek
    itu telah menubruk dan
    memeluknya sehingga
    mereka berdua bergulingan
    diatas rumput yang bernoda
    darah
    para korban keganasan kakek
    itu Kwat Lin melawan sekuat
    tenaga, namun sia-sia belaka.
    Untuk membunuh diri tidak
    ada jalan baginya, untuk
    melawan pun percuma,
    bahkan semua
    jeritan tangis dan
    permohonan, semua usahanya
    meronta-ronta tiada gunanya
    sama sekali.
    Bahkan semua usaha ini malah
    menyenangkan hati si Kakek.
    Seolah-olah seekor kucing
    yang menjadi gembira dapat
    mempermankan seekor tikus
    yang telah tersudut dan tidak
    berdaya, mempermainkannya
    dan melihatnya tersiksa dan
    meronta sebelum menjadi
    mangsanya
    Selama tiga hari tiga malam
    Kwat Lin menderita siksaan
    yang amat hebat. Diperkosa,
    dihina, diejek. Pada hari
    ketiga,pagi-pagi sekali dalam
    keadaan lebih banyak yang
    mati daripada yang hidup,
    dalam keadaan setengah
    sadar, rebah terlentang tak
    mampu bergerak, hanya
    matanya saja yang mendelik
    memandang kakek itu. Kwat
    Lin melihat kakek itu
    mengenakan pakaian,
    menyambar tongkatnya dan
    tertawa memandang
    kepadanya yang masih rebah
    terlentang
    dalam keadaan telanjang bulat
    di atas rumput berdarah.."Ha-
    ha-ha, sekarang aku pergi,
    manis. Aku telah puas, dan
    kalau kau mau membunuh
    diri, silahkan. Ha-ha-
    ha"Biarpun Kwat lin berada
    dalam keadaan menderita
    hebat, kehabisan tenaga,
    hampir mati karena lelah,
    muak, jijik, malu, marah dan
    dendam tercampur aduk
    menjadi satu dalam benaknya,
    namun
    kebencian yang meluap-luap
    masih memberinya tenaga
    untuk berseru, "Jahanam,
    sekarang aku harus hidup Aku
    harus hidup untuk melihat
    engkau mampus di tanganku"
    "Ha..ha..ha..ha Kalau
    sewaktu-waktu kau merasa
    rindu kepadaku, manis,
    datang saja ke Hong-san,
    sampai jumpa" Kakek itu lalu
    melangkah pergi
    meninggalkan tempat itu
    meninggalkan Kwat-Lin yang
    masih rebah dan kini wanita
    yang bernasib malang ini
    menangis sesenggukan dia
    antara mayat-mayat dua belas
    suhengnya yang sudah mulai
    membusuk dan
    berbau Dapat dibayangkan
    betapa tersiksa rasa badan
    wanita muda ini. Dia dipaksa,
    diperkosa, dihina di antara
    mayat-mayat dua belas
    suhengnya, bahkan sewaktu
    keadaan
    mayat-mayat itu mulai
    membusuk dan menyiarkan
    bau yang hampir tak
    tertahankan, kakek
    itu masih saja enak-enak
    mempermainkannya. Benar-benar
    seorang manusia yang kejam
    melebihi iblis sendiri.
    JILID 2
    Tiba-tiba Kwat lin bangkit serentak,
    seolah-olah ada tenaga baru
    memasuki tubuhnya yang menderita
    nyeri, lelah dan kelaparan karena
    selama tiga hari tiga malam dia
    dipermainkan tanpa diberi makan
    atau minum oleh kakek iblis itu. Dia
    berdiri tegak, telanjang bulat, lalu
    memandang ke arah semua mayat
    suhengnya, dan matanya menjadi
    liar, keluar suara parau
    dari mulutnya yang pecah-pecah
    bibirnya oleh gigitan kakek iblis.
    "Suheng sekalian, dengarlah Aku The
    Kwat Lin, bersumpah untuk
    membalaskan kematian suheng
    sekalian.
    Satu-satunya tujuan hidupku
    sekarang hanyalah untuk membalas
    dendam dan membunuh
    iblis busuk Pat-jiu Kai-ong" Tiba-tiba
    dia terhuyung mundur memandang
    wajah twa-
    suhengnya. Pria inilah sebetulnya
    yang sudah sejak dahulu mencuri
    hatinya.
    "Twa Suheng......" Dia menubruk dan
    berlutut di dekat mayat yang sudah
    mulai membusuk itu. "Jangan
    berduka, Twa-suheng....jangan
    menangis......" Dia
    berdirisesunggukan. "Apa.....?
    Aku telanjang.....? Pakaianmu......?
    Seperti orang gila yang bicara dengan
    sesosok mayat, Kwat Lin bertanya,
    kemudian dia membuka baju dab
    celana luar dari mayat yang sudah
    kaku kejang itu dengan agak susah,
    dan mengenakan pada tubuhnya
    sendiri. Tentu saja agak kebesaran.
    "Hi-hi-hik, pakaianmu kebesaran,
    Suheng......." Dia memandang wajah
    mayat twa-suhengnya dan tertawa
    lagi. "Hi-hik,nah,begitu, tertawalah
    Twa-suheng, tertawalah para suheng
    sekalian......, tertawa dan
    bergembiralah karena dendam kalian
    pasti akan kubalaskan... Hi-hihik...
    hu-hu-huuuhhh..." Dia menangis lagi
    terisak-isak dan dengan terhuyung-
    huyung dia meninggalkan tempat
    mengerikan itu setelah mengambil
    pedang twa-suhengnya. Pedang itu
    adalah pedang pusaka terbaik di
    antara pedang ketiga belas orang
    pendekar Bu-tong-pai itu, sebatang
    pedang pemberian Ketua Bu-tong pai
    sendiri, pedang yang di dekat
    gagangnya ada gambar setangkai
    bunga Bwee merah, maka pedang itu
    diberi nama Ang-bwe-kiam (Pedang
    Bunga Bwee Merah). Dia terhuyung-
    huyung, pergi tak tentu tujuan, asal
    menggerakkan
    kedua kaki melangkah saja, langkah
    yang kecil-kecil dan terhuyung-
    huyung karena tubuhnya masih
    terasa lelah, lapar dan sakit semua.
    Kadang-kadang terdengar dia terisak
    menangis, kemudian terkekeh geli
    sehingga kalau ada orang yang
    bertemu dengan wanita yang bibirnya
    pecah-pecah mukanya penuh debu
    dan air mata, matanya membengkak
    dan merah,
    rambutnya riap-riapan dan
    pakaiannya terlalu besar, ini tentu
    orang itu akan merasa seram,
    mengira bahwa setidaknya dia adalah
    seorang wanita gila. Dugaan ini
    memang tidak meleset terlalu jauh.
    Penderitaan lahir batin yang melanda
    diri Kwat Lin membuat wanita
    malang ini tidak kuat menahan
    sehingga terjadi perubahan pada
    ingatannya.
    Pada hari yang sama ketika Cap-sha
    Sin-hiap roboh di tangan kakek iblis
    Pat-jiu Kai-ong di kaki Pegunungan
    Jeng-hoa-san, terjadi pula peristiwa
    hebat di bagian lain dari Pegunungan
    itu.
    Kalau Cap-sha Sin-hiap roboh di
    daerah timur pegunungan, maka di
    daerah barat terjadi pula peristiwa
    yang hampir sama sungguhpun
    sifatnya
    berbeda.
    Pada pagi hari itu, seorang wanita
    berjalan seorang diri mendaki lereng
    pertama dari
    pegunungan Jeng-hoa-san sebelah
    barat. Wanita itu memasuki hutan
    dengan wajah berseri
    dan harus diakui bahwa wajah wanita
    cantik manis sekali, mempunyai daya
    tarik yang kuat sungguhpun usianya
    sudah empat puluh tahun. Tidak.ada
    keriput mengganggu kulit mukanya
    yang putih halus, mulutnya yang agak
    lebar itu mempunyai bibir yang
    senantiasa menantang dan seolah-
    olah buah masak yang sudah pecah,
    akan tetapi kalau orang
    memperhatikan
    matanya, mata yang jernih dan
    bersinar tajam, maka hati yang
    kagum akan kecantikannya
    tentu akan berubah menjadi ragu-
    ragu, curiga dan ngeri karena
    sepasang mata itu tidak
    pernah, atau jarang sekali berkedip.
    Mata itu terbuka terus seperti mata
    boneka
    Dengan langkah-langkah gontai dan
    lemas, membuat buah pinggulnya
    menonjol dan
    bergoyang ke kanan kiri, wanita itu
    berjalan seorang diri, memutar-
    mutarsebuah payung yang
    dipanggulnya. Sebuah payung hitam
    yang tertutup, gagangnya
    melengkung dan ujungnya
    meruncing. Pakaiannya serba mewah
    dan indah, rambutnya panjang sekali,
    digelung ke atas seperti sebuah
    menara hitam yang indah, terhias
    tusuk sanggul dari mutiara dan emas.
    Yang menarik adalah kuku-kuku jari
    tangannya. Kuku yang panjang
    terpelihara, diberi warna merah,
    panjang meruncing dan agak
    melengkung seperti kuku kucing atau
    harimau.
    Pakaiannya yang mewah itu dibuat
    terlalu pas dengan tubuhnya sehingga
    membungkus ketat tubuh itu,
    membayangkan lekuk lengkung yang
    menggairahkan dari dada sampai ke
    kaki
    karena celananya yang terbuat dari
    sutera merah muda itu pun ketat
    sekali
    Biarpun kelihatannya seperti seorang
    wanita cantik dan genit (tante girang)
    , namun
    sesungguhnya dia bukanlah manusia
    biasa saja Inilah dia yang terkenal
    sekali di dunia hitam kaum penjahat,
    karena wanita ini bukan lain adalah
    Kiam-mo Cai-li (Wanita Pandai
    Berpayung Pedang), sebuah julukan
    yang membuat bulu tengkuk orang
    yang sudah mengenalnya berdiri
    sangking ngerinya karena wanita
    yang sebenarnya hanya bernama Liok
    Si ini memiliki ilmu kepandaian yang
    tinggi mengerikan dan kekejaman
    yang sukar dicari bandingnya Bahkan
    ia disamakan dengan wanita cantik
    penjelmaan siluman rase yang biasa
    mengganggu pria, dan setiap orang
    pria yang terjebak dalam pelukannya
    tentu akan mati kehabisan darah,
    disedot habis oleh siluman ini
    Tentu saja bagi mereka yang belum
    pernah berjumpa dengannya, sama
    sekali tidak akan
    mengira bahwa wanita yang
    berlenggak-lenggok dengan payung di
    pundak itulah iblis wanita yang
    menggeggerkan dunia kang-ouw
    dengan perbuatannya yang luar biasa.
    Dan mudah saja
    diduga mengapa pada hari itu Kiam-
    mo Cai-li ini mendaki lereng Jeng-
    hoa-san
    Tentu saja dia pun mendengar berita
    menggeggerkan dunia kang-ouw
    akan adanya Sin-tong, Si Bocah ajaib
    dan mendengar ini, kontan keras
    hatinya berdebar-debar penuh
    ketegangandan penuh birahi Dia
    dapat membayangkan betapa tenaga
    mukjijat yang
    dihimpunnya secara ilmu hitam
    dengan jalan menghisap sari tenaga
    ratusan orang pria, akan meningkat
    dengan
     
Loading...

Share This Page