(Cerita Silat) Manusia Setengah Dewa eps 8

Discussion in 'Creative Art & Fine Art' started by cerita-silat, Feb 1, 2015.

  1. cerita-silat

    cerita-silat Member

    Joined:
    Dec 7, 2014
    Messages:
    292
    Likes Received:
    6
    Trophy Points:
    18
    Google+:
    orang lagi roboh
    terkena totokan ujung rambut wanita sakti itu.
    Seperti orang pertama, mereka ini pun roboh
    tertotok dan lumpuh, hanya dapat memandang
    dengan mata terbelalak namun tidak
    menggerakan kaki tangan mereka
    Orang termuda dari mereka kaget setengah mati
    melihat betapa empat orang suhengnya
    telah roboh. Namun dia tidak menjadi gentar,
    bahkan dengan kemarahan dan kebencian
    meluap dia memaki, "Perempuan hina, pelacur
    rendah, siluman betina, aku takkan mau sudah
    sebelum dapat membunuhmu" "Aihhh... kau penuh
    semangat akan tetapi mulutmu penuh makian
    menyebalkan hatiku" Golok itu tertangkis oleh
    payung sedemikian kerasnya sehingga terpental
    dan sebelum laki-laki itu dapat mengelak, sinar
    hitam menyambar dan ujung rambut telah
    membelit lehernya Pria itu berusaha sekuat tenaga
    untuk melepaskan libatan rambut dari lehernya
    dengan kedua tangan, akan tetapi begitu wanita itu
    menggerakkan kepalanya, rambutnya terpecah
    menjadi banyak gumpalan dan tahu-tahu kedua
    pergelangan lengan
    orang itu pun sudah terbelit rambut yang seolah-
    olah hidup seperti ular-ular hitam yang kuat.
    "Nah, kesinilah, Tampan. Mendekatlah, kekasih. Kau
    perlu dihajar agar tidak suka memaki lagi" Laki-laki
    itu sudah membuka mulut hendak memaki lagi,
    akan tetapi libatan rambut pada lehernya makin
    erat sehingga dia tidak dapat bernapas, kemudian
    rambut itu
    menariknya mendekat kepada wanita yang
    tersenyum-senyum itu Kini laki-laki itu sudah
    berada dekat sekali, bahkan dada dan perutnya
    telah menempel pada dada yang membusung
    dan perut yang mengempis dari wanita itu. Tercium
    olehnya bau wangi yang aneh dan
    memabokkan, akan tetapi karena lehernya terbelit
    kuat-kuat, dan napasnya tak dapat lancar, maka
    dia terpaksa menjulurkan lidahnya keluar.
    "Aihhh, kau perlu diberi sedikit hajaran, Tampan"
    Empat orang pendekar yang tertotok melihat
    dengan mata terbelalak penuh kengerian betapa
    wanita iut kini mendekatkan muka sute mereka
    yang termudda, kemudian membuka mulut
    dan mencium mulut sute mereka yang terbuka dan
    lidah yang terjulur keluar itu.Mereka
    melihat tubuh sute mereka berkelojot sedikit
    seperti menahan sakit, mata sute mereka
    terbelalak, namun wanita itu terus mencium dan
    menutup mulut pria itu dengan mulutnya
    sendiri yang lebar. Tak dapat terlihat oleh empat
    orang pendekar itu betapa wanita itu yang kejam
    dan keji seperti iblis, telah menggunakan giginya
    untuk menggigit sampai terluka lidah sute mereka
    yang terjulur keluar, kemudian menghisap darah
    dari luka di lidah itu Mereka berempat hanya
    melihat betapa wanita itu memejamkan mata, baru
    sekarang mereka melihat wanita itu memejamkan
    mata, kelihatan penuh nikmat, akan tetapi wajah
    sute mereka makin pucat dan mata sute mereka
    yang terbelalak itu membayangkan kenyerian dan
    ketakutan
    yang hebat. Agaknya wanita itu tidak puas karena
    darah yang dihisapnya kurang banyak, maka kini
    dia melepaskan mulut pemuda itu dan
    memindahkan ciuman mulutnya ke leher si
    Pemuda.
    Dapat dibayangkan betapa kaget empat orang
    pendekar itu melihat bahwa mulut sute mereka
    penuh warna merah darah "Sute..." Mereka berseru
    akan tetapi tidak dapat menggerakkan kaki tangan
    mereka..Sute mereka meronta-ronta seperti ayam
    disembelih, matanya melotot memandang ke arah
    para suhengnya seperti orang minta tolong,
    kemudian tubuhnya
    berkelojotan ketika wanita itu kelihatan jelas
    menghisap-hisap lehernya ternyata bahwa urat
    besar di lehernya telah ditembusi gigi yang
    meruncing dan kini dengan sepuasnya wanita itu
    menghisap darah yang membanjir keluar dari urat
    di leher itu Mata yang melotot itu makin hilang
    sinarnya dan pudar, wajahnya makin pucat dan
    akhirnya tubuh yang meregang-regang itu lemas.
    Orang termuda itu pingsan karena kehilangan
    banyak darah, takut dan ngeri. Kiammo Cai-li
    melepaskan libatan rambutnya dan tubuh itu
    tergulig roboh, terlentang dengan muka pucat dan
    napas terengah-engah.
    'Sute..." Kembali mereka mengeluh dan dengan
    penuh kengerian mereka melihat betapa wanita itu
    menggunakan lidahnya yang kecil merah dan
    meruncing itu untuk menjilati darah yang masih
    belepotan di bibirnya yang menjadi makin merah.
    Wajahnya kemerahan, segar
    seperti kembang mendapat siraman, berseri-seri
    dan ketika dia mendekati empat orang itu, mereka
    terbelalak penuh kengerian. Akan tetapi, wanita itu
    tidak menyerang mereka,
    agaknya dia sudah puas menghisap darah orang
    termuda tadi. Hanya kini kedua tangannya
    bergerak -gerak dan sekali renggut saja pakaian
    empat orang itu telah koyak-koyak. Kemudian dia
    bangkit berdiri, dengan gerakan memikat seperti
    seorang penari telanjang, dia membuka
    pakaiannya, menanggalkan satu demi satu sambil
    menari-nari Sampai dia bertelanjang bulat sama
    sekali di depam empat orang itu yang membuang
    muka dengan perasaan ngeri dan
    sebal "Kalian layanilah aku, puaskanlah aku,
    senangkan hatiku dan aku akan membebaskan
    kalian berlima. Lihat, bukankah tubuhku menarik?
    Aku hanya ingin mendapatkan cinta kalian, aku
    tidak menginginkan nyawa kalian."
    "Cih, siluman betina Kauanggap kami ini orang-
    orang apa? Kami adalah murid Hoa-san-pai yang
    tidak takut mati. Seribu kali lebih baik mampus
    daripada memenuhi seleramu yang
    terkutuk melayani nafsu berahimu yang menjijikan"
    kata empat orang itu saling susul dan saling bantu.
    Kiam-mo Cai-li tersenyum. "Hi-hik, begitukah? Kalau
    begitu, baiklah, kalian melayani aku sampai
    mampus"
    Dia lalu membungkuk dan menarik lengan seorang
    di antara mereka, kemudian menggunakan
    kuku jari kelingking kiri menggurat beberapa
    tempat di punggung dan tengkuk pria ini. Orang itu
    menggigil, menggigit bibir menahan sakit, akan
    tetapi karena dia tidak mampu
    mengerahkan sinkang, dia tidak dapat melawan
    pengaruh hebat yang menggetarkan
    tubuhnya melalui luka-luka goresan kuku beracun
    dari kelingking itu. Mukanya menjadi
    merah, juga matanya menjadi merah dan
    napasnya terengah-engah. Tiga orang pendekar
    yang lain memandang penuh kekhawatiran dan
    kengerian. Tiba-tiba wanita itu terkekeh,
    menggunakan tangan membebaskan totokan
    sehingga orang itu dapat menggerakkan kaki
    tangannya dan terjadilah hal yang membuat tiga
    orang pendekar yang masih rebah lumpuh
    itu terbelalak penuh kengerian. mereka melihat
    Sute mereka itu seperti seorang gila
    menerkam dan mendekap tubuh wanita itu penuh
    gairah nafsu Dengan mata terbelalak
    mereka melihat betapa wanita itu menyambutnya
    dengan kedua lengan terbuka, bergulingan di atas
    rumput dan tampak betapa wanita itu membiarkan
    dirinya diciumi, kemudian
    mengalihkan mulutnya yang lebar ke leher Sute
    mereka Mereka bertiga terpaksa
    memjamkan mata agar tidak usah menyaksikan
    peristiwa yang memalukan dan terkutuk itu.
    Mereka mengerti bahwa Sute mereka melakukan
    hal terkutuk itu karena terpengaruh oleh
    racun yang diguratkan oleh kuku jari kelingking si
    iblis betina, dan mereka tahu pula bahwa Sute
    mereka yang diamuk pengaruh jahanam itu tidak
    tahu bahwa darahnya dihisap oleh
    wanita itu yang seperti telah dilakukan pada orang
    pertama tadi kini juga menghisap darahnya sepuas
    hatinya.
    Dapat diduga lebih dahulu bahwa tiga orang yang
    lain juga mengalami siksaan yang sama
    tanpa dapat berdaya apa-apa tanpa dapat
    melawan. Hal ini dilakukan berturut-turut oleh
    Kiam-mo Cai-li dan tiga hari tiga malam kemudian,
    dia meninggalkan tempat itu sambil
    menjilat-jilat bibirnya penuh kepuasan.
    Setelah dia melempar kerling ke arah lima tubuh
    telanjang yang sudah menjadi mayat semua itu,
    bergegas dia pergi mendaki Jeng-hoa-san untuk
    mencari Sin-tong yang amat
    di nginkan..Lima orang Kee-san Ngo-hohan itu
    mengalami kematian yang amat mengerikan.
    Tubuh mereka kehabisan darah, kulit mengeriput.
    Mereka seperti lima ekor lalat yang
    terjebak ke sarang laba-laba dan setelah semua
    darah mereka disedot habis oleh laba-laba, mayat
    mereka yang sudah kering dan habis sarinya itu
    dilemparkan begitu saja.
    Kwa Sin Liong, atau yang lebih terkenal dengan
    nama panggilan Sin-tong, pada pagi hari itu seperti
    biasa setelah mandi cahaya matahari, lalu
    menjemur obat-obatan dan tidak lama
    kemudian berturut-turut datanglah orang-orang
    dusun yang membutuhkan bahan obat untuk
    bermacam penyakit yang mereka derita.
    Sin tong mendengarkan dengan sabar keluhan dan
    keterangan mereka tentang sakit yang
    mereka derita, menyiapkan obat-obat untuk
    mereka semua dengan hati penuh belas kasihan.
    Semua ada sebelas orang dusun, tua muda laki
    perempuan yang memandang kepada bocah
    itu dengan sinar mata penuh kagum dan pemujaan.
    Baru bertemu dan memandang wajah Sin-
    tong itu saja, mereka sudah merasa banyak
    berkurang penderitaan sakit mereka. Seolah-olah
    ada wibawa yang keluar dari wajah bocah penuh
    kasih sayang itu yang meringankan rasa sakit yang
    mereka derita. Tentu saja hal ini sebenarnya terjadi
    karena kepercayaan mereka yang penuh bahwa
    bocah itu akan dapat menyembuhkan penyakit
    mereka, sehingga keyakinan ini
    sendiri sudah merupakan obat yang manjur. Dan
    bocah ajaib itu memang bukanlah seorang
    dukun yang menggunakan kemujijatan dan sulap
    atau sihir untuk mengobati orang, melainkan
    berdasarkan ilmu pengobatan yang wajar. Dia
    memilih buah, daun, bunga atau akar obat yang
    memang tepat mengandung khasiat atau daya
    penyembuh terhadap penyakit-penyakit
    tertentu itu. Tiba-tiba terdengar nyanyian yang
    makin lama makin jelas terdengar oleh mereka
    semua. Juga in Liong, bocah ajaib itu, berhenti
    sebentar mengumpulkan dan memilih obat yang
    akan dibagikan karena mendengar suara nyanyian
    yang aneh itu. Akan tetapi begitu kata-kata
    nyanyian itu dimengertinya, dia mengerutkan
    alisnya dan menggeleng-geleng
    kepala.
    "Aihh, kalau hidup hanya untuk mengejar
    kesenangan, apapun juga tentu tidak akan
    dipantangnya untuk dilakukan demi mencapai
    kesenangan" kata Sin Liong.
    "Huh-ha-ha, benar sekali, Sin-tong. Untuk mencapai
    kesenangan harus berani melakukan apapun juga,
    termasuk membunuh para tamu-tamu yang tiada
    harganya ini" Terdengar jawaban dan tahu-tahu
    disitu telah berdiri Pat-jiu Kai-ong Sebagai lanjutan
    kata-katanya, tongkatnya ditekankan kepada tanah
    di depan kaki lalu lima kali ujung tongkat itu
    bergerak menerbangkan tanah dan kerikil ke
    depan. Tampak sinar hitam berkelebat menyambar
    lima
    kali, disusul jerit-jerit kesakitan dan robohlah
    berturut-turut lima orang dusun yang berada di
    depan Sin Liong, roboh dan berkelojotan kemudian
    tewas seketika karena tanah dan kerikil itu masuk
    ke dalam kepala mereka
    "Hi-hi-hik, kepandaian seperti itu saja dipamerkan di
    depan Sin-tong lihat ini" Tiba-tiba terdengar suara
    ketawa merdu dan tau-tahu di situ telah berdiri
    seorang wanita cantik yang bukan lain adalah
    Kiam-mo Cai-li Dia menudingkan payung hitamnya
    yang
     
Loading...

Share This Page