Cerita Silat : Tanah Leluhur

Discussion in 'Tales' started by mahesajenar, Feb 26, 2014.

  1. mahesajenar

    mahesajenar New Member

    Joined:
    Feb 26, 2014
    Messages:
    1
    Likes Received:
    0
    Trophy Points:
    1
    Lanjutan api dibukit menoreh
    (tanah leluhur)

    Pagi itu tanah perdikan Menoreh
    tertutup kabut lembut. Mentari malu
    malu menampakkan kilau indahnya.Di
    ujung pematang sawah, Sukra seorang
    pemuda tanggung yang mulai tampak
    menawan dengan wajah polosnya sedang merenungkan diri nya.

    Di tatapnya Merapi yang tampak angkuh
    perkasa menghujam bumi Mataram.
    Kepulan asap putih yang keluar dari
    puncaknya tampak seperti sebuah
    tungku raksasa yang menyimpan
    misteri.

    "Apakah aku akan tetap seperti
    ini?"Gumamnya pelan. "Tidak pantaskah aku memiliki
    kemampuan seperti Ki rangga Agung
    Sedayu,Kakang Glagah Putih,Ki
    Prastawa atau seperti Nyi Sekar
    Mirah?" Kembali dia tertegun,dagunya
    mengeras,dikatupkan giginya kuat- kuat.

    "Aku harus bisa seperti mereka. Ya,aku
    akan bisa seperti mereka." Geramnya
    tertahan. Tiba-tiba,ia merasakan tanah di
    tempatnya berdiri berguncang.Sukra
    terkejut,dan tak berselang lama suara
    kentong bernada titir terdengar
    bersahut sahutan dari arah padukuhan.

    Dengan terburu buru Sukra meraih
    cangkul yang masih belum sempat ia
    bersihkan.Kemudian ia berlari sangat
    kencang seakan akan seperti sedang
    dikejar hantu alas mentaok menuju
    padukuhan.

    Sementara itu,suara titir masih terus bersahut sahutan dan
    semakin lama semakin riuh mencekam. Langit yang pagi itu tiba-tiba berubah
    menjadi gelap. Seolah olah ikut memberi
    pertanda,bahwa telah terjadi sesuatu di
    puncak Merapi.

    Sementara itu Agung Sedayu,Sekar
    Mirah dan Ki Jayaraga sudah berdiri di
    halaman. "Apa yang kira-kira telah terjadi Ki?"
    tanya Agung Sedayu kepada Ki Jayaraga.

    "Entahlah Ki Rangga,tapi beberapa hari
    belakangan ini memang aku merasakan
    udara di sekitar Menoreh ini agak lain"
    Jawab Ki Jayaraga tanpa melepaskan
    matanya dari Puncak Gunung Merapi
    yang sudah tak terlihat lagi karena tertutup awan.

    Bagi para pecinta cerita silat dapat mengikuti seri ini di http://lanjutan-adbm.mywapblog.com/tanah-leluhur-bagian-01.xhtml
     
  2. wirosableng

    wirosableng Member

    Joined:
    Oct 3, 2013
    Messages:
    61
    Likes Received:
    8
    Trophy Points:
    8
    Google+:
    Ciaaaat... wani piro mas?

    Lain dulu lain lagi jaman sekarang ya gan.. pendekar jaman dulu benar-benar pemberani dan bersifat ksatria.
    Berbeda dengan pendekar bayaran jaman sekarang yang berani nya keroyokan dan suka malakin orang tak peduli itu pedagang kaki lima atau sopir angkot yang pendapatannya tidak seberapa..
    Coba aja lihat di pasar tradisional, di terminal bis atau bahkan di sekitar tempat perumahan, preman-preman tengil masih bebas beraksi seakan-akan mereka kebal hukum (atau mungkin mereka memang bekerjasama atau dilindungi oleh oknum aparat penegak hukum)
    Waduh sorry gan, jadi ngelantur ke mana-mana nih.. he he he..
    Salam kenal dan terus berkarya cerita silat yang menarik dan original ya gan..
    Ciaaat... wani piro? *jail*
     
Loading...

Share This Page