Kenali Penyakit Tumor Payudara

Discussion in 'Health & Medical' started by Rohmat Noer Fajril, May 11, 2018.

  1. Rohmat Noer Fajril

    Rohmat Noer Fajril Member

    Joined:
    May 8, 2018
    Messages:
    38
    Likes Received:
    1
    Trophy Points:
    8
    Apa itu tumor payudara?
    Tumor payudara adalah kondisi ketika sel tumor terbentuk di jaringan payudara. tumor bisa terbentuk di kelenjar yang menghasilkan susu (lobulus), atau di saluran (duktus) yang membawa air susu dari kelenjar ke puting payudara. Tumor juga bisa terbentuk di jaringan lemak atau jaringan ikat di dalam payudara.

    Tumor payudara terbentuk saat sel-sel di dalam payudara tumbuh tidak normal dan tidak terkendali. Sel tersebut umumnya membentuk tumor yang terasa seperti benjolan. Meski biasanya terjadi pada wanita, tumor payudara juga bisa menyerang pria.

    Gejala Tumor Payudara
    [​IMG]

    Tumor payudara mungkin tidak memperlihatkan gejala di tahap awal. Pada sebagian kasus, tumor mungkin tidak terasa karena terlalu kecil, namun bisa diketahui melalui pemeriksaan mamografi. Jika tumor cukup besar, akan teraba sebagai benjolan pada payudara. Meski demikian, tidak semua benjolan berarti tumor.

    Gejala tumor payudara bisa bervariasi, bisa sama bisa juga tidak, di antaranya:

    • Adanya benjolan di payudara atau penebalan jaringan yang terasa berbeda dari jaringan di sekitarnya.
    • Perubahan pada bentuk dan ukuran payudara.
    • Kulit payudara memerah.
    • Pengelupasan kulit areola dan kulit payudara.
    • Nyeri dan pembengkakan pada payudara.
    • Darah ke luar dari puting payudara.
    • Benjolan atau pembengkakan di bawah ketiak.
    • Puting tertarik masuk ke dalam.
    Penyebab tumor payudara
    Tumor payudara terjadi karena sel-sel di payudara tumbuh tidak normal dan tidak terkendali. Sel-sel ini membelah dengan cepat dan berkumpul membentuk benjolan, lalu bisa menyebar ke kelenjar getah bening atau ke organ lain.
    Belum diketahui apa penyebab sel-sel tersebut berubah menjadi tumor, namun para ahli menduga adanya interaksi antara faktor genetik dengan gaya hidup, lingkungan, dan hormon, sehingga sel menjadi abnormal dan tumbuh tidak terkendali.

    Faktor Risiko Tumor Payudara
    Beberapa faktor diketahui bisa meningkatkan risiko tumor payudara. Namun demikian, seseorang dengan sejumlah faktor risiko belum tentu terserang Tumor payudara, sebaliknya seseorang tanpa faktor risiko dapat terkena tumor.

    Faktor lain yang bisa meningkatkan risiko tumor payudara antara lain:
    • Usia. Risiko tumor payudara akan meningkat seiring usia bertambah.
    • Jenis kelamin. Wanita lebih rentan terserang tumor payudara dibanding pria.
    • Belum pernah hamil. Wanita yang pernah hamil dan menyusui memiliki risiko tumor payudara lebih kecil dibanding wanita yang belum pernah hamil dan menyusui.
    • Melahirkan pada usia tua. Wanita yang baru memiliki anak di atas usia 30 tahun lebih berisiko mengalami tumor payudara.
    • Konsumsi alkohol. Studi terbaru menunjukkan, konsumsi alkohol dalam jumlah sedikit tetap meningkatkan risiko tumor payudara.
    • Terapi pengganti hormon. Setelah menopause, wanita yang mendapat terapi pengganti hormon dengan estrogen dan progesterone lebih berisiko terkena tumor payudara.
    • Mulai menstruasi terlalu muda. Wanita yang mengalami menstruasi di bawah usia 12 tahun diketahui lebih berisiko mengalami tumor payudara.
    • Telat menopause. Wanita yang belum mengalami menopause hingga usia 55 tahun juga berisiko mengalami tumor payudara.
    • Riwayat Tumor payudara pada keluarga. Mutasi pada gen BRCA1 dan BRCA2 juga bisa membuat tumor payudara diturunkan dari orang tua ke anaknya. Selain itu, seseorang yang memiliki anggota keluarga dekat yang menderita tumor payudara, juga lebih berisiko mengalaminya.
    Diagnosis Tumor Payudara
    Dokter akan menjalankan pemeriksaan fisik pada kedua payudara dan kelenjar getah bening di ketiak untuk mengetahui adanya benjolan atau kelainan lain. Sejumlah tes penunjang juga bisa menjadi pilihan untuk mendiagnosis tumor payudara.

    Tes mammografi adalah tes yang biasa dilakukan untuk mendiagnosis tumor payudara, khususnya pada stadium awal. Meski umumnya tes ini bisa mendeteksi benjolan pada payudara ganas atau tidak, namun tetap bisa terjadi kesalahan 10 hingga 15 persen, karena mammografi bukan merupakan tes untuk memastikan tumor payudara. Tes lain yang umum dijalankan untuk tumor payudara adalah USG mammae. Pada tes ini, gelombang suara akan menghasilkan gambaran di dalam payudara, sehingga diketahui apakah benjolan yang muncul berupa struktur padat atau kista yang berisi cairan. Jika diperlukan, tes MRI bisa dilakukan untuk memberi gambaran yang lebih jelas daripada hasil yang didapatkan dari tes mammografi atau USG.

    Untuk mengetahui secara pasti apakah pasien menderita tumor payudara, dokter akan melakukan biopsi, yaitu dengan memeriksa sampel jaringan di laboratorium. Sampel akan diteliti untuk mengetahui jenis sel yang menyebabkan tumor atau tumor, tingkat agresifitas tumor, dan apakah sel tersebut mengandung reseptor hormon atau protein (ER, PR, dan HER2).

    Pengobatan Tumor Payudara
    Pengobatan tumor payudara bisa dengan prosedur bedah, kemoterapi, radioterapi, atau terapi hormon. Pada sejumlah kasus, dua atau lebih prosedur dikombinasikan untuk mengobati tumor payudara. Pengobatan yang dipilih tergantung pada tipe, stadium, dan tingkat keganasan tumor.

    Bedah Lumpektomi

    Bedah lumpektomi dilakukan untuk mengangkat tumor yang tidak terlalu besar beserta sebagian kecil jaringan sehat di sekitarnya. Prosedur ini umumnya diikuti radioterapi untuk mematikan sel tumor yang mungkin tertinggal di jaringan payudara. Pasien dengan tumor yang besar bisa menjalani kemoterapi terlebih dahulu untuk menyusutkan ukuran tumor, sehingga tumor bisa dihilangkan dengan lumpektomi.

    Bedah Mastektomi

    Pilihan prosedur bedah yang lain adalah mastektomi, yaitu bedah yang dilakukan oleh dokter bedah onkologi untuk mengangkat seluruh jaringan di payudara. Mastektomi dilakukan jika pasien tidak bisa ditangani dengan lumpektomi. Ada beberapa tipe bedah mastektomi, yaitu:
    • Simple/total mastectomy – Dokter mengangkat seluruh payudara, termasuk putting, areola, dan kulit yang menutupi Pada beberapa kondisi, beberapa kelenjar getah bening bisa ikut diangkat.
    • Skin-sparing mastectomy – Dokter hanya mengangkat kelenjar payudara, putting, dan areola. Jaringan dari bagian tubuh lain akan digunakan untuk merekonstruksi ulang payudara.
    • Nipple-sparing mastectomy – Jaringan payudara diangkat, tanpa menyertakan kulit payudara dan puting. Namun jika ditemukan tumor pada jaringan di bawah puting dan areola, maka puting payudara juga akan diangkat.
    • Modified radical mastectomy – Prosedur ini mengombinasikan simple mastectomy dan pengangkatan seluruh kelenjar getah bening di ketiak.
    • Radical mastectomy – Dokter mengangkat seluruh payudara, kelenjar getah bening di ketiak, dan otot dada (pectoral).
    • Double mastectomy – Prosedur ini dilakukan sebagai pencegahan pada wanita yang berisiko tinggi terserang tumor payudara dengan mengangkat kedua payudara.
    Bedah Pengangkatan Kelenjar Getah Bening

    Dokter akan melakukan pemeriksaan untuk mengetahui apakah tumor sudah tersebar ke kelenjar getah bening di ketiak. Pemeriksaan ini juga untuk menentukan stadium tumor yang dialami pasien. Pengangkatan kelenjar getah bening dapat dilakukan bersamaan dengan operasi pengangkatan tumor di payudara, atau dilakukan secara terpisah. Dua jenis pembedahan untuk mengangkat kelenjar getah bening adalah:
    • Sentinel lymph node biopsy (SLNB). Dokter hanya mengangkat kelenjar getah bening di ketiak yang kemungkinan akan terlebih dulu terkena tumor.
    • Axillary lymph node dissection (ALND). Dokter mengangkat lebih dari 20 kelenjar getah bening di ketiak.
    Komplikasi yang timbul dari bedah untuk tumor payudara tergantung dari prosedur yang dilakukan. Secara umum, prosedur bedah bisa menyebabkan pendarahan, nyeri, dan pembengkakan lengan (limfedema).

    Radioterapi

    Pilihan pengobatan lain bagi pasien tumor payudara adalah radioterapi atau terapi radiasi dengan menggunakan sinar berkekuatan tinggi, seperti sinar-X dan proton. Radioterapi bisa dilakukan dengan menembakkan sinar ke tubuh pasien menggunakan mesin (radioterapi eksternal), atau dengan menempatkan material radioaktif ke dalam tubuh pasien (brachytherapy)

    Radioterapi atau terapi radiasi pada tumor payudara dapat berlangsung selama 3 hari hingga 6 minggu, tergantung dari jenis terapi yang dilakukan. Radioterapi bisa menimbulkan komplikasi seperti kemerahan pada area yang disinari, serta payudara juga mungkin dapat menjadi keras dan membengkak.

    Terapi Hormon

    Pada kasus tumor yang dipengaruhi hormon estrogen dan progesteron, dokter bisa menyarankan pasien menggunakan penghambat estrogen.

    Pada wanita yang belum mencapai menopause, hormon pelepas gonadotropin, seperti goserelin, bisa digunakan untuk mengurangi kadar estrogen pada rahim. Pilihan lain adalah dengan mengangkat indung telur atau menghancurkannya dengan radioterapi agar hormon tidak terbentuk.

    Kemoterapi

    Kemoterapi yang dilakukan setelah bedah (adjuvant chemotherapy), bertujuan untuk membunuh sel tumor yang mungkin tertinggal saat prosedur bedah, atau sel tumor sudah menyebar namun tidak terlihat meski dengan tes pemindaian. Sel tumor yang tertinggal tersebut bisa tumbuh dan membentuk tumor baru di organ lain.

    Sedangkan kemoterapi yang dilakukan sebelum bedah (neoadjuvant chemotherapy) bertujuan untuk menyusutkan ukuran tumor agar bisa diangkat dengan pembedahan. Kemoterapi jenis ini biasanya dilakukan untuk menangani tumor yang ukurannya terlalu besar untuk dibuang melalui operasi.

    Terapi target

    umumnya diterapkan pada tumor HER2 positif. Obat yang digunakan pada terapi target ditujukan untuk menghambat perkembangan protein HER2, yang membantu sel tumor tumbuh lebih agresif. Beberapa obat yang digunakan dalam terapi target adalah trastuzumab, pertuzumab, dan lapatinib. Obat-obat tersebut ada yang diberikan secara oral atau melalui suntikan, dan bisa digunakan untuk mengobati tumor stadium awal maupun stadium lanjut.

    Efek samping yang mungkin muncul dari terapi target pada tumor HER2 positif bisa ringan atau berat, di antaranya kerusakan jantung yang bisa berkembang ke gagal jantung. Risiko gangguan jantung bisa meningkat jika obat terapi target dikombinasikan dengan kemoterapi. Efek samping lain yang mungkin timbul adalah pembengkakan pada tungkai, sesak napas, dan diare. Penting untuk diingat, obat ini tidak disarankan untuk mengobati tumor payudara pada wanita hamil, karena bisa menyebabkan keguguran

    Sumber: http://goldengamat.biz/
    Sumber: http://goldengamat.biz/obat-tradisional-tumor-payudara/
     
Loading...

Share This Page