Lebaran di Kampung Orang

Discussion in 'General Lifestyle' started by ais elkiram, Apr 25, 2023.

  1. ais elkiram

    ais elkiram Well-Known Member

    Joined:
    Feb 10, 2015
    Messages:
    1,296
    Likes Received:
    220
    Trophy Points:
    63
    Hari Raya Ied Fitri. Menyenangkan, gembira, bahkan sedikit ampau yang terkumpul. Ada juga toples yang penuh macam kue. Atau nasi kuning dengan lauk masak habang jika ditempat ku. Baju baru yang penuh warna. Halaman dan ruang tamu yang tertata dengan sangat rapi, atau motor yang baru di cuci dan rambut yang baru saja di potong.

    Itu hari raya dalam benak ku saat masih kecil dan muda dulu. Dulu sekali! Entah berapa tahun yang lalu. Kehidupan kami tidak tergolong keluarga yang mampu, tapi besar. Aku saja terlahir dengan 6 bersaudara. Belum lagi keluarga lainnya. Kedua orang tua kami juga termasuk dari many brothers. 8 bersaudara di sisi ayah, dan 7 bersaudara di pihak ibu. Jika 1 dari 15 bersaudara punya anak-anak kisaran 5 orang. Berapa saudara sepupu kami? Banyak.

    Dulu rumah kami dekat dengan sungai. Sungai di sebuah kota kecil. Airnya jernih dan dingin karena memang mengalir dari pegunungan berbatu. Sungai yang terdiri dari hamparan pasir dan batu kecil. Jika lagi deras-derasnya deburan gemuruhnya terdengar dari rumah. Jika hari raya lebaran, pagi buta mandi di sungai itu menciptakan sebuah sensai yang luar biasa. Semua menjadi menciut tanpa terkecuali. Gigi terdengar takatak takatak takatak gemetarnya.

    Pagi sekali, bapak sering teriak “MANDI” dari samping rumah. Ada dogma jika mandi kesiangan di hari lebaran semua “Daki” akan berkumpul pada orang yang terakhir mandi. Sisa orang-orang yang lebih awal mandi. Dogma yang selalu di gaung-gaung bapake kepada anak-anaknya agar cepat mandi. Alhasil pagi buta sekali, suara mandi bersahut-sahutan sepanjang pinggir sungai.

    Anak perjaka seperti ku saat itu “OKE SAJA”. Harus tahu! Jika anak gadis seberang sungai, itu ya begitulah. Ada yang mandi dengan sarung sedada dan sedada, dan mandi pakai kain sedada, dan .... maaf tidak bisa saya tulis. Aku anak perjaka dan baik karena kalau puasa ramadhan biasanya full sebulan penuh. “DI Larang Ngintip Anak Orang Mandi”. Bapak sekolah kan mondok pesantren enam tahun lamanya bukan untuk ngintip anak gadis orang mandi, kecuali kalau tidak sengaja. Suer!!!

    Itu lebaran dulu. Setiap orang punya kenangan lebaran mereka sendiri. Termasuk aku yang dulu selalu menunggu moment mandi di hari raya fitri. Fitri! Anak gadis seberang sungai yang masih ku ingat. Terima kasih bapak yang selalu membangunkan kami di pagi buta dengan geduran nya yang sangat mengkagetkan kita.

    Lebaran di Tahun 2023

    Tahun ini 2023 lebaran jauh dari kampung halaman. Kota besar dengan suasana perumahan yang terdiri dari rumah-rumah. Hanya rumah-rumah yang pintu dan jendela nya kebanyakan tertutup rapat.

    Takbir terdengar bersahutan sejak malam lebaran. Jalanan macet penuh dengan mobil dan pengendara yang mudik. Melintas bahkan di jalan kecil yang jadi jalan alternatif. Setelah mengantar beras zakat fitrah sekeluarga. Sekarung beras ke mesjid dekat perumahan kami. Saatnya menikmati orang bermacet ria. Tidak ada fitri yang mandi itu harus di tulis sebagai catatan. Kenapa harus aku tulis, karena aku tidak mengenal siapa orang-orang itu. Jauh dari keluarga sendiri, jauh dari teman sebaya dulu. Momen menikmati lebaran di kota besar, di mana aku dan mereka sulit untuk saling bersapa.

    Lebaran di kota besar dan kota kecil kampung halaman. Sangat berbeda kawan!. Lebaran tentang moment setahun yang sudah kita lalui. Aku mencatat dengan baik tentang itu. Lebaran itu tentang bagaimana kita menjalani setahun yang lewat. Jika tahun ini lebaran dengan kesunyian di tengah keramaian, mungkin itulah gambaran yang sudah ku lewati.

    Keluarga mengecil, rumah kami hanya berisi lima orang. Aku dan istri ku bersama tiga orang anak-anak kami. Tinggal di tempat keramaian tanpa sanak family lainnya. Terasing karena kondisi yang memaksa begini. Kota ini sebenarnya kampung halaman istri ku. dia anak satu-satunya. Mertua ku bercerai, bapak pindah ke pulau jawa dan ibu mertua ku lebih jauh lagi di saudi arabia sana. Kami yang tersisa di kota ini. Dan orang tua ku sendiri ratusan kilo meter jauhnya di sebuah kota kecil.

    Tahun ini pekerjaan tidak memberikan waktu cuti lebaran, sudah beberapa tahun yang lalu. Rumah Sakit Umum sedikit berbeda, para dokter dan perawat harus tetap kerja bahkan di hari lebaran kecauli para PNS. Waktu cuti bisa di waktu lain. Itulah kondisi istri ku. Sebenarnya kami bisa saja mudik tanpa dia, tapi aku kepala keluarga. Bapak tidak mengajarkan ku meninggalkan anggota keluarga lainnya sendirian.

    Tuhan Mengajari Ku

    Setiap rumah tangga memiliki badainya sendiri. Aku pernah meminta istri ku berhenti saja menjadi karyawan kontrak di sebuah rumah sakit. Agar waktu lebih fleksibel. Tapi alasan darinya cukup kuat. Aku juga tidak bisa egois. Bukankah pekerjaanya yang sekarang sudah menjadi cita-citanya sejak remaja. Karena itulah dia menempuh pendidikan keperawatan bertahun-tahun lamanya. Dan aku tahu itu. Tidak etis jika aku baru mempermasalahkan nya sekarang. Aku menikahinya dengan semua kelebihan dan kekurangan nya.

    Aku sebenarnya sedikit keras kepala. Setidaknya saat usia muda. Tidak segan meninggalkan sebuah pekerjaan tanpa ragu jika itu ku anggap mengganggu prinsip. Bertambah usia, keras kepala sedikit melunak. Hidup tidak lagi membujang. Waktu ku bukan hanya milik ku lagi. Ada istri dan anak-anak. Mempertimbangkan banyak sekali pertimbangan sudah seharusnya.

    Lebaran tahun ini benar-benar menjadi pengalaman. Tuhan hendak mengajari ku arti menjadi kepala rumah tangga. Sudah beberapa tahun yang lalu aku benar-benar bisa memahami diamnya bapak. Lebaran menjadi referensi keberadaan kita setahun yang lalu. Aku pun lebih banyak diam sekarang. Jika ketemu bapak, beliau selalu bertanya “Bagaimana Kabar? Sehat?”. Sehat dan sehat. Mungkin bukan cuman sehat secara fisik, tapi mental. Ya! Aku sehat pak? Setidaknya masih bisa berpikiran jernih dalam kesendirian. Tuhan masih mengajari ku bagaimana melangkah yang benar.

    Petuah Imam Syafi’i

    #-Merantaulah…-

    Orang berilmu dan beradab tidak diam beristirahat di kampung halaman.
    Tinggalkan negerimu dan hidup asing (di negeri orang).#

    #Merantaulah…

    Kau akan dapatkan pengganti dari orang-orang yang engkau tinggalkan (kerabat dan kawan).
    Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang.#

    #Aku melihat air menjadi rusak karena diam tertahan..
    Jika mengalir menjadi jernih, jika tidak, akan keruh menggenang.#

    #Singa jika tak tinggalkan sarang, tak akan dapat mangsa..
    Anak panah jika tak tinggalkan busur, tak akam kena sasaran.#

    #Jika matahari di orbitnya tak bergerak dan terus berdiam..
    tentu manusia bosan padanya dan enggan memandang.#

    #Bijih emas tak ada bedanya dengan tanah biasa di tempatnya (sebelum ditambang).
    Kayu gaharu tak ubahnya seperti kayu biasa jika di dalam hutan.#

    #Jika gaharu itu keluar dari hutan, ia menjadi parfum yang tinggi nilainya.
    Jika bijih memisahkan diri (dari tanah), barulah ia dihargai sebagai emas murni.#

    ———————————————————————————————-
    Merantaulah…

    Orang berilmu dan beradab tidak diam beristirahat di kampung halaman.
    Tinggalkan negerimu dan hidup asing (di negeri orang)

    *** Dari pada hanya menjadi catatan di laptop, ijin publish di sini ya admin
     
  2. NieeLz

    NieeLz Well-Known Member

    Joined:
    Aug 24, 2015
    Messages:
    1,790
    Likes Received:
    127
    Trophy Points:
    63
    Google+:
    Selamat hari raya idul fitri untuk semua
     
  3. AhmadWafa

    AhmadWafa Member

    Joined:
    Oct 2, 2013
    Messages:
    867
    Likes Received:
    16
    Trophy Points:
    18
    Google+:
    Di kota besar, sedikit kepedulian, dikota kecil banyak kepedulian, tentu saja tidak akan sama.
     
  4. Chandra Devi

    Chandra Devi Member

    Joined:
    Feb 22, 2020
    Messages:
    36
    Likes Received:
    1
    Trophy Points:
    8
    Mungkin tahun ini lebaran di kota orang, semoga tahun depan bisa lebaran di kampung halaman.
     
Loading...

Share This Page