Mengulas Sejarah Perjanjian Bongaya dan Latar Belakangnya

Discussion in 'General Discussion' started by Sari Merah, Dec 16, 2016.

  1. Sari Merah

    Sari Merah New Member

    Joined:
    Dec 7, 2016
    Messages:
    4
    Likes Received:
    0
    Trophy Points:
    1
    [​IMG]

    Perjanjian Bongaya (dalam beberapa teks buku sejarah disebut juga dengan istilah Bongaja dan atau Bungaya) adalah perjanjian perdamaian antara dua pihak, yaitu pihak dari Kerajaan Gowa - Tallo dan pihak dari penjajah Belanda, VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie).


    Perjanjian ini disebut dengan nama Bongaya sesuai dengan nama desa tempat perjanjian ini dilakukan. Perjanjian Bongaya sendiri dilakukan pada tanggal 18 November 1667.


    Namun demikian, perjanjian antara dua pihak yang diwakili oleh Sultan Hasanuddin dari Kerajaan Gowa - Tallo dan Laksamanan Cornelis Speelman dari VOC ini sangat tidak menguntungkan pihak Kerajaan Gowa - Tallo.

    [​IMG]

    Alih-alih perjanjian perdamaian, Perjanjian Bongaya lebih tepat disebut dengan perjanjian pengesahan monopoli perdagangan VOC di wilayah Makassar. Dan juga perjanjian ini juga menjadi tanda kekalahan serta kerugian besar Kesultanan Gowa dari pihak penjajah yaitu VOC.


    Sebenarnya, apa sajakah yang melatarbelakangi hingga bisa terjadinya sejarah Perjanjian Bongaya antar dua pihak yang saling bermusuhan ini?


    Jadi, ketika masa-masa VOC dan pihak Belanda menjajah Indonesia, banyak kerajaan maupun kesultanan di berbagai wilayah yang melakukan perlawanan. Tidak bisa dipungkiri, kedatangan Belanda ke Indonesia memang ingin menguasai wilayah yang sangat strategis untuk jalur perdagangan, selain ingin menguasai rempah-rempah yang sangat banyak di Indonesia.

    [​IMG]


    Salah satu wilayah yang ingin dikuasai dan ditaklukkan oleh Belanda adalah Sulawesi Selatan, dimana saat itu kerajaan yang berkuasa adalah Kerajaan Gowa dan Tallo. Memang, wilayah Sulawesi Selatan menjadi salah satu jalur perdagangan yang sangat strategis saat itu. Tak ayal, peperangan antara kedua pihak ini selalu terjadi dalam waktu yang lama.


    Hingga pada akhirnya, ketika Kerajaan Gowa dipimpin oleh Sultan Hasanuddin sekitar tahun 1653 hingga 1669, perlawanan Kerajaan Gowa mencapai puncak-puncaknya. Tetapi, perlawanan dari pihak Kerajaan Gowa menghadapi tantangan tambahan. Karena mereka juga harus menghadapi perlawanan Aru Palaka dari Kerajaan Bone.


    Salah satu yang menyebabkan mengapa Kerajaan Gowa harus menghadapi perlawanan dari Kerajaan Bone tidak lain karena strategi adu domba (divide et impera) dari pihak Belanda yang membuat kekuataan tentara Kerajaan Gowa melemah.


    Padahal, saat itu Kerajaan Gowa bisa dikatakan sedang dalam periode emasnya dibawah pemerintahan Sultan Hasanuddin. Akhirnya, pecahlah perang di wilayah Makassar selama kurang lebih Sembilan tahun (1660 – 1669).


    Strategi adu domba yang membuat Kerajaan Bone di bawah komando Aru Palaka ikut menyerang Kerajaan Gowa, ditambah dengan banyaknya persediaan senjata dari pihak tentara Belanda membuat kekuatan dari Kerajaan Gowa melemah.


    Hingga pada akhirnya, di tahun 1667, dengan terpaksa Sultan Hasanuddin harus menandatangani Perjanjian Bongaya yang pada praktiknya sangat merugikan pihak Kerajaan Gowa.
     
  2. AdeZS

    AdeZS Member

    Joined:
    Aug 16, 2016
    Messages:
    165
    Likes Received:
    8
    Trophy Points:
    18
    nambah ilmu pengetahuan sosial. hhe
    jadi tau ni sejarahnya...
    thanks...
     
  3. Sari Merah

    Sari Merah New Member

    Joined:
    Dec 7, 2016
    Messages:
    4
    Likes Received:
    0
    Trophy Points:
    1
    Sama-sama Mas Ade. :)

    Dulu emang suka banget sama pelajaran sejarah apalagi cerita-cerita zaman penjajahan. :p
     
  4. AdeZS

    AdeZS Member

    Joined:
    Aug 16, 2016
    Messages:
    165
    Likes Received:
    8
    Trophy Points:
    18

    hhhaa..
    cerita zaman.zaman para sahabat aja dong. hhhee
     
Loading...

Share This Page