Pedang Kayu Cendana - Gan KH

Discussion in 'Creative Art & Fine Art' started by cerita-silat, Dec 12, 2014.

  1. cerita-silat

    cerita-silat Member

    Joined:
    Dec 7, 2014
    Messages:
    292
    Likes Received:
    6
    Trophy Points:
    18
    Google+:
    MUSIM rontok daun-daun kuning berguguran, mega
    sering mendung meski jarang hujan, pada malam
    hari tanggal 6 bulan
    delapan, bulan sabit bercokol di tengah angkasa,
    Cahayanya yang redup menerangi jagat raya.
    Kentong kedua sudah jelang.
    Dua puluh li dari kota Soa-tay yang terletak
    diperbatasan propinsi Kam-siok terdapat sebuah
    ceng-hun-kok, lembah mega hijau, panjang lembah
    kira-kira setengah li, lebarnya hanya tiga tombak.
    dinding gunung yang Curam menjulang tinggi
    dikedua samping, jalannya yang lika-liku amat
    berbahaya, tapi lembah sempit ini merupakan jalan
    raya satu-satunya yang tembus antar utara dan
    selatan-
    Enam li dari ceng - hun - kok. terdengar derap kaki
    kuda yang berderap kencang, dalam remang-remang
    nan sunyi ini, diatas pegunungan yang terpencil lagi,
    maka derap kuda terdengar begitu nyata dan
    kumandang.
    Debu tampak menjulang keangkasa, dua ekor kuda
    tampak menerobos pesat dari ke pulan debu kuning
    yang bergulung-gulung itu, seekor kuda serba putih
    yang ditunggangi seorang laki-laki empat puluhan
    berwajah kereng, berwibawa dan berperawakan
    tegap. pedang tampak dipanggul dipunggungnya,
    seorang gagah yang namanya telah menggetarkan
    Kangouw, pemilik dari Gi-teng-Piaukiok di Pak khia,
    yaitu Yu-Liong-kiam Tio Kin-ping.
    Kawannya adalah Piausu Gi-teng-piaukiok bernama
    Hou Pui, setelah tugas usai di kota Kay- hong mereka
    menempuh perjalanan ditengah malam untuk
    memburu waktu pulang ke Pak-khia, supaya
    dimalam hari raya Tiongciu nanti mereka bisa
    merayakan bersama dengan segenap keluarga.
    Saking bernafsu Tio Kin ping jepit perut kudanya,
    maka kuda putihnya melaju seperti anak panah
    yang dikejar ke pulan debu kuning, dalam sekejap
    mata Hou Pui telah ditinggal seratusan tombak
    dibelakang.
    Senyum simpul tampak menghias wajah Tio Kin-
    ping yang gagah dan tampan, agaknya dia bangga
    danpuas akan lari kuda putihnya yang dibelinya
    dengan harga mahal sejak masih kecil dulu.
    Maka dia melecut kudanya supaya berlari lebih pesat
    lagi, lekas sekali ceng-hun kok sudah di depan mata.
    Tanpa ragu dan tidak banyak pikir Yu-Liong-kiam Tio
    Kin-ping terus bedal kudanya memasuki lembah
    sempit itu.
    Cuaca di ceng-hun-kok agak lembab dan lebih gelap.
    Cahaya rembulan yang sabit dan redup hanya
    samar-samar melampaui celah-celah mulut dinding
    Curam disebelah atasnya yang tinggi, serta merta Tin
    Kin ping sedikit menarik kendali sehingga kudanya
    berlari agak lamban.
    "Tik, tak tik tak" tapal kuda seperti bunyi ketipung
    didalam lembah yang sunyi dan berdentam sampai
    jauh dan menimbulkan gema yang mendengung
    pula diujung lembah sebelah depan, sehingga
    merupakan paduan suara yang amat nyata bedanya
    dengan derap langkah kuda Tio Kin Ping.
    Mau tak mau Tio Kin-ping ketarik perhatiannya, habis
    bersuara heran dia membatin: Kecuali aku dengan
    Hou Pui, mungkinkah ada orang lain yang
    menempuh perjalanan ditengah malam ini, insan
    persilatan yang biasa berkecimpung di Kangouw
    perasaannya amat sensitip sangat peka, terutama
    mereka yang hidupnya bergelimang dalam kalangan
    Piaukiok atau expedisi, setiap saat mereka selalu
    meningkatkan kewaspadaan.
    Oleh karena itu, Yu-Liong-Kiam Tio Kinpin juga
    berpikir "Tidak benar, bunyi tapal kuda ini begitu
    lamban dan aneh suaranya, tidak mirip seorang yang
    sedang buru-buru menempuh perjalanan ditengah
    malam didalam lembah yang lembab dan remang-
    remang ini, mungkinkah dia menikmati panorama
    ceng-hun-kok?. jelas tidak mungkin, kalau tidak,
    maka pasti ada sesuatu yang janggal dan tidak
    beres."
    Maka dia lebih memperlambat lari kudanya, serta
    merta dia menoleh kebelakang, tapi hanya
    kegelapan yang melingkupi punggungnya,jangan
    kata bayangan orang, suara derap kuda Hou Pui
    yang ditinggalkan jauh di belakangpun tidak
    terdengar.
    Hampir dua puluh tahun Yu Liong kiam Tio Kin-ping
    terjun dalam percaturan dunia persilatan, sudah
    betapa kali dia mengalami mara bahaya dalam
    setiap pertempuran besar kecil, berapa kali pula
    jiwanya tertolong dari renggutan elmaut, dia cukup
    setimpal diagulkan sebagai Enghlong, laki-laki gagah
    perkasa berjiwa ksatria, apapun berani dihadapinya
    dan dilawannya, belum pernah sekalipun dia
    mengerutkan kening.
    Kungfunya tinggi, tapi dia tidak sombong, belum
    genap dua puluh tahun dia berkecimpung di
    Kangouw, nama besarnya sudah mengungkuli para
    pendekar besar yang lain, bahwa Gi-teng Piaukiok
    mampu tegak sampai sekarang adalah berkat
    usahanya yang gigih tak kenal putus asa. sifatnya
    supel terbuka tangan, tapi keras hati dan jujur, kaum
    persilatan sama memuji dan mengaguminya, siapa
    yang tidak kenal Gi-teng Piaukiok dari Pakkhia,
    dalam setiap pembicaraan di hotel atau restoran
    siapapun unjuk jempol bila menyinggung pemilik
    Piaukiok yang masih muda usia dan berhasil
    memimpin usahanya dengan sukses.
    Belum pernah dia merasa gentar atau takut. Tapi
    sekarang berbeda, dia seperti mendapat firasat jelek,
    "tik tak tik tak" bunyi tapal kuda yang lamban dan
    berat, seperti menusuk Sanubarinya, sehingga dia
    merasa risi dan kurang enak, hatinya menjadi tegang
    dan merinding pula, seakan-akan ada segulung hawa
    dingin yang merembes kedalam tubuhnya lewat
    tengkuknya, sehingga dia bergidik, terutama kaki
    tangan menjadi berkeringat dingin-..
    Diam-Diam dia menyesal, kenapa membedal
    kudanya yang mampu lari seribu li sehari tadi,
    sehingga Hou Pui jauh ketinggal dibelakang, kalau
    dua orang bersama, Sedikit banyak bisa saling bantu
    dan menambah keberanian, Secara reflek pelan-
    pelan Sebelah tangannya terangkat menggenggam
    gagang pedang dipunggungnya.
    Bulan Sabit seperti melonjak diangkasa raya
    sehingga lebih tinggi, maka cahaya dalam lembah
    seperti agak terang. Diam-Diam Yu-Liong-kiam Tio
    Kin-ping tertawa geli sendiri dan mentertawakan
    dirinya: "Tio Kin-ping, Tio Kin ping, kau terhitung
    Piauthau yang
    sudah terkenal di kangouw, laki-laki perkasa yang
    berani berbuat berani bertanggung jawab di-utara
    sungai besar. Kenapa sih aku hari ini, kenapa begini
    penakut."
    Pedang Kayu Cendana - Gan KH
     
  2. cerita-silat

    cerita-silat Member

    Joined:
    Dec 7, 2014
    Messages:
    292
    Likes Received:
    6
    Trophy Points:
    18
    Google+:
Loading...

Share This Page