Peran HR Ketika Sebuah Perusahaan Stagnan & Hampir Bangkrut

Discussion in 'General Business' started by konz, Jun 7, 2016.

  1. konz

    konz Member

    Joined:
    Feb 2, 2016
    Messages:
    53
    Likes Received:
    4
    Trophy Points:
    8
    Catatan ini bisa jadi bahan kajian bagi para karyawan perusahaan khususnya mereka yang mengurusi HR, postingan aslinya sudah sangat lama (oktober 2012) bertajuk "People dan Values, Kunci Utama Bangkit dari Krisis".
    [​IMG]
    Ketika perusahaan stagnan bahkan hampir bangkrut, peran HR justru makin penting. Hal ini karena people (SDM) mampu mendongkrak performa perusahaan. Demikian yang diungkapkan Sumarlan Wibawa, Head of HR PT Sumberdaya Sewatama.

    Sumarlan tidak bisa membayangkan perusahaannya yang mengalami krisis mampu bangkit dan kini menempati jajaran atas dalam grup TMT (Tiara Marga Trakindo).

    Diskusi yang dihadiri puluhan praktisi HR tersebut berjalan dengan penuh antusiasme, peserta serius mendengarkan Sumarlan ketika menggambarkan bahwa kekuatan utama untuk bangkit dari krisis adalah People dan Values, selain pertumbuhan industri itu sendiri.

    “Core sukses kita di people, people jadi prioritas kita yang utama,” terang Sumarlan.

    Itulah sebabnya saat ia diberi kesempatan untuk memimpin HR di perusahaan itu, hal pertama yang dilakukannya adalah merekrut top leader yang sudah mumpuni. Dia yakin jika level atasnya sudah baik, maka komunikasi yang terjalin akan baik pula.

    Dalam diskusi yang dimoderatori oleh Indrawan Nugroho selaku Director Kubik Training itu, Sumarlan mengingatkan faktor values bagi perusahaannya. Menurutnya, agar perusahaan tidak salah langkah, sebaiknya performa karyawan diukur dengan values.

    “Pondasi adalah values, sebenarnya kita tidak perlu peraturan atau undang-undang, cukup pakai values, maka karyawan akan tahu apa yang harus dilakukannya,” ujar Sumarlan.

    Memang mentransformasi values agar menjadi kebiasaan tidak mudah, untuk itu perusahaan seharusnya berperan aktif untuk mensosialisasikannya, dimulai dari leadernya. Leader mau tidak mau akan menjadi role model bagi karyawan.

    Sumarlan mengkampanyekan bahwa penerapan values itu simple. “Tidak harus ribet, kita bisa membuat karyawan engaged,” ujar Sumarlan.

    Salah satunya konsep servant leader, di mana beberapa bulan sekali, tim menyiapkan morning breakfast di kantor, namun tidak seperti biasanya, kali ini yang melayani sarapan itu adalah leadernya sendiri.

    “Jadi kesal-kesal karyawan bisa diganti dengan senyuman, itu simple tapi bermakna,” ujarnya tegas.

    dari : sumber
     
Loading...

Share This Page