Resensi Novel 1 Akal 9 Hati

Discussion in 'Creative Art & Fine Art' started by K. El-Kazhiem, Sep 10, 2016.

  1. K. El-Kazhiem

    K. El-Kazhiem New Member

    Joined:
    Aug 29, 2016
    Messages:
    3
    Likes Received:
    0
    Trophy Points:
    1
    [​IMG]

    Judul buku: 1A9H; 1 Akal 9 Hati

    Penulis: K. El-Kazhiem

    Editor (Penyunting): Tim Redaksi

    Penerbit: Bhinneka

    Cetakan pertama: Mei, 2016

    Tebal: 233 Hlm.

    ISBN: 978-602-70617-1-2

    __________________________________________

    Sinopsis:

    Tokoh utama, Maria Qibtiyah, memilih untuk bercerai setelah menjalani rumah tangga yang singkat. Ia menghadapi kenyataan pahit suaminya menikah lagi dengan gadis yang lebih muda. Namun, ia tidak bisa kembali karena kekerasan dalam rumah tangga yang juga dialaminya. Memasuki kepala tiga, ia harus menjadi orang tua tunggal. Tiba-tiba ia menyadari bahwa seluruh harapan dan impiannya runtuh. Dalam keadaan demikian, sebisa mungkin ia berusaha bertahan.

    Dunianya serasa menghimpit. Tiba-tiba ia melihat bahwa, semua hal di sekitarnya dan kepedihan hidupnya disebabkan oleh laki-laki, dan ia begitu muak walau tidak sanggup berbuat apa-apa. Suatu saat ia mendapatkan gagasan untuk menuliskan semua perasaannya. Menurutnya, jika rasa itu tidak ditumpahkan maka ia bisa menjadi gila. Kemudian ia menemukan bahwa dunia tulis-menulis adalah jalannya, terlebih lagi ketika dia berkenalan dengan seorang penulis muda bernama Mawar.

    Pada Bab 1; menceritakan tentang bagaimana keputusasaan menghinggapinya. Bukan soal pernikahannya sendiri yang berantakan, tapi juga kondisi keluarganya; di mana orang tuanya juga bercerai dengan kondisi yang tak jauh beda darinya. Ia anak pertama, tinggal bersama ibu dan kedua adik laki-lakinya. Yang satu masih kuliah dan kerja serabutan, dan satu lagi tidak sekolah karena mengalami keterbelakangan mental. Pernikahan yang kandas itu membawanya pergi dari Jakarta kembali ke kampung halaman.

    Pada Bab 2; Maria masih tenggelam dalam sakit hatinya yang mendalam. Suatu saat ia mendapatkan gagasan agar ia menuliskan semua perasaannya. Ia berpendapat bahwa jika rasa itu tidak ditumpahkan maka ia bisa menjadi gila. Kemudian ia menemukan bahwa dunia tulis-menulis adalah jalannya, terlebih lagi ketika dia berkenalan dengan seorang perempuan yang ternyata seorang penulis muda.

    Pada Bab 3; Menceritakan keasyikan Maria menekuni hobi baru. Ia sering bertemu dengan Mawar tiap akhir pekan. Namun ternyata persoalan lain timbul dari teman akrabnya yang menilai Maria meninggalkan mereka. Khususnya terhadap rekan sekantor yang juga teman masa kecilnya bernama Ratna. Ia menilai Maria lebih melupakan persahabatan demi hal lain yang sia-sia. Di samping itu, ibunya mulai bertingkah aneh-aneh seolah mencari perhatian dirinya. Semua itu menimbulkan penyesalan Maria sampai-sampai ia berpikir andaikan saja tidak bercerai maka tentu bukan begitu jalan hidupnya.

    Pada Bab 4 dan 5; Karena berkaitan maka digabung. Ketika Maria merasa masalah yang melingkupi semakin membuatnya jenuh, Mawar mengajaknya bertemu beberapa penulis dalam sebuah komunitas penulis. Itu membuat antusias, meski ia harus menerima omelan ibunya yang masih saja berkelakuan kanak-kanak dan tidak bertanggungjawab terhadap anak sendiri. Akan tetapi, Maria semakin menemukan bahwa jalan kepenulisan adalah jalan yang dia harus tempuh.

    Pada Bab 6; Ternyata Mawar menyimpan rahasia lain; bahwa perempuan itu harus berjuang demi anaknya. Mawar juga seorang orang tua tunggal, dan itu membuat hubungan mereka menjadi erat lantaran saling berbagi rasa yang sama. Suatu hari Mawar menelepon memohon Maria agar datang ke Jakarta untuk menolongnya. Maria tidak bisa menampik permintaan itu. Ketika mereka bertemu, Mawar menceritakan bahwa dia terpaksa ke Jakarta karena seseorang menculik anaknya, dan orang itu adalah ayah dari anaknya. Hal itu membuat Maria terkejut. Di sisi lain, ia telah berbohong pada ibunya ketika meminta izin ke Jakarta. Ia juga berdebat hebat dengan atasannya tempat ia bekerja. Bahkan ia terancam dipecat kalau terlalu lama meninggalkan kantor.

    Pada Bab 7 dan 8; Kenyataan lain yang sama mengejutkan justru didapatkan Maria dari suami Mawar bahwa, sebenarnya Mawar tidak pernah mempunyai anak. Setidaknya dia pernah mengandung, tapi mengalami keguguran. Setelah keguguran itu Mawar menjadi stres dan delusional mengira anaknya masih hidup. Mawar melarikan diri dan kebetulan menetap di kota yang sama dengan Maria. Dunianya pun luluh. Entah siapa yang mesti dia percaya. Ada rasa malu yang mendalam ketika Maria kembali ke rumah dan bertemu ibunya, sahabatnya, atasan kantornya. Jalan kepenulisan yang mulai dia tempuh perlahan mengabur. Hal itu membuatnya limbung jatuh sakit.

    Pada Bab 9 dan 10; Dua bab terakhir adalah penutup di mana Maria mencoba menyatukan lagi kepingan-kepingan hidupnya. Namun belum tentu dia berhasil melakukannya karena akhir bahagia cuma ada di layar kaca. Hubungan dia dengan ibunya dan adik-adiknya pun tidak pulih benar. Memang sengaja di bagian penutup kisah ini dibiarkan menggantung, seolah ada sekuel, padahal belum tentu ada. Sedikit bagian akhir sebagai kunci untuk memahami karakter tokoh utama di dalam novel ini.

    “Diriku hanya perempuan yang tidak merindukan ayat-ayat cinta untuk meredam hasrat bercinta,” bisik Maria di sepertiga malam. Apakah dengan menulis, Maria dapat melalui masa-masa sulitnya? Temukan jawabannya dalam novel 1 Akal 9 Hati.


    Endorsement:


    “Buku ini dibuka dengan drama cinta, tapi jangan harap para pembaca dibuai dengan kisah Cinderella. El-Kazhiem menguak berbagai kepahitan karena hidup memang tak sekedar gula-gula. Dalam usia yang muda El-Kazhiem telah menulis dengan cukup mendalam dan dewasa. Adalah sebuah ‘dosa’ bila novel ini tidak diperhitungkan dalam khazanah sastra kita”


    – Soe Tjen Marching, penulis novel Mati, Bertahun yang Lalu.
     
  2. Jumadil

    Jumadil Member

    Joined:
    Mar 15, 2015
    Messages:
    225
    Likes Received:
    10
    Trophy Points:
    18
    Google+:

Share This Page