Syair dan Kesusastraan Indonesia

Discussion in 'Education' started by Muh. Wira Wijaya, Aug 30, 2017.

  1. Muh. Wira Wijaya

    Muh. Wira Wijaya Member

    Joined:
    Oct 6, 2015
    Messages:
    672
    Likes Received:
    71
    Trophy Points:
    28
    Belajar mengenai sastra jika kita lihat sekarang memang kurang diminati anak muda. Zaman sekarang budaya sastra dan literasi berpindah tempat dan arah.

    Anak-anak sekarang lebih banyak menulis di dunia maya, semisal di website dan diberbagai sosial media yang ada.

    Saya lebih melihatnya bukan penurunan tentang cinta sastra dan bahasa. Cuman media dan bentuknya saja yang berpindah dan berubah.

    Jika dulu, bangsa kita sangat familiar dengan bentuk-bentuk karya sastra lama, seperti bentuk-bentuk puisi lama seperti pantun dan syair.

    Bahkan, di daerah-daerah tertentu pantun masih eksis. Walaupun jumlah orang yang bisa berpantun memang semakin berkurang.

    Kalau budaya berpantun yang masih sering kita lihat misalnya di daerah Betawi, Jakarta. Namun kadang hanya bisa dilihat dalam waktu-waktu tertentu.

    Pantun yang pada umumnya memiliki tujuan menyampaikan pesan-pesan dan makna-makna kebaikan sekarang malah bergeser hanya digunakan untuk humor. Maksudnya isi dan konteks pantun yang disampaikan memang semata untuk tujuan humor di layar kaca.

    Sedangkan syair sudah sangat jarang kita temui dan dengar. Kecuali hanya dipelajari di bangku sekolah SD, SMP atau SMA.

    Contoh contoh syair pun kadang kita tidak tahu dan tidak bisa membedakan.

    Padahal, jika kita baca sejarahnya maka syair dulunya adalah bentuk karya sastra yang paling populer di zamannya. Bisa dikatakan paling hits, kekinian dan paling banyak digemari untuk istilah sekarang.

    Sastra dalam bentuk syair dalam dunia sastra Indonesia sebenarnya datang dan dibawa seiring dengan diterima dan berkembangnya Islam di Nusantara.

    Kita ketahui bahwa tiap bangsa atau agama pasti mengapresiasi seni dan sastra. Maka dalam Islam, salah satu bentuk sastra yang berkembang adalah syair.

    Sehingga sangat mudah bagi rakyat Nusantara menerima dan merasakan bentuk sastra berupa syair dalam kehidupan mereka.

    Syair-syair dulu memang semuanya bertema tentang kebaikan dan pesan agama serta kebenaran. Syair lebih banyak dan utama memang memiliki pesan-pesan agama atau nasihat.

    Syair syair agama ini bisa dijadikan sebagai pencerahan, nasihat, kebijaksanaan dan motivasi dalam menjalani kehidupan dan melakukan amal.

    Contoh contoh syair agama yang terkenal adalah mengenai Tauhid dan ibadah kepada Allah yang dikenal dengan syair sufi.

    Tokohnya seperti Hamzah Fansuri. Yang masa sekarang menjadi objek penelitian bagi sarjana-sarjana yang mendalami sastra Indonesia atau sastra melayu Islam pada umumnya.

    Demikianlah perkembangan sastra syair dalam kesusastraan Indonesia.

    Di era kita sekarang, bentuk-bentuk sastra dikategorikan sebagai sastra modern yang didominasi dengan novel, cerpen dan yang sejenisnya.

    Begitu pun dengan puisi semuanya berkembang dan masih eksis hanya dalam bentuk yang berbeda dengan yang sebelumnya.
     

Share This Page