Ujian Nasional dan Bimbingan Belajar

Discussion in 'Education' started by Educamp Ganesha, Jul 30, 2015.

  1. Educamp Ganesha

    Educamp Ganesha Member

    Joined:
    Nov 26, 2014
    Messages:
    100
    Likes Received:
    24
    Trophy Points:
    18
    Ujian nasional dari waktu ke waktu acap kali memunculkan kontroversi pro dan kontra. Sistem pelaksanaannya yang semakin rumit mau tak mau membingungkan para siswa. Tak hanya itu, terkadang soal yang disajikan pun tak sesuai dengan standar kelulusan. Hal ini secara tak langsung menekan para siswa ketika menghadapi ujian nasional. Alhasil, kita sering menyaksikan siswa berprestasi pun tak bisa mengerjakan soal semacam ini.

    Sayangnya, kita memang tak bisa berbuat banyak dengan pelaksanaan ujian nasional. Hanya saja ada satu fenomena menarik yang muncul di tengah masyarakat Indonesia. Dimana bimbingan belajar seakan menjadi penyelamat dan langkah jitu demi mempersiapkan siswa-siswa tersebut. Tak tahu seberapa pentingnya les tambahan semacam ini, namun orangtua tetap memaksakan para anak. Bahkan guru-guru pun berharap lebih kepada para murid yang mengikuti les semacam ini.

    Tak salah sebenarnya memberikan pelajaran tambahan kepada mereka, namun kita pun harus mengerti. Mereka tak harus dituntut segitu keras hanya demi keberhasilan pada ujian nasional. Terlebih beberapa fakta mengejutkan muncul di lapangan yang mampu mengubah sudut pandang orangtua. Anak-anak yang rajin mengikuti bimbel meskipun tak berprestasi di sekolah, mampu lulus dengan nilai tertinggi. Siswa ini mampu mengalahkan juara umum di sekolah tersebut.

    Alasan ini mau tak mau makin memperkuat orangtua untuk memilih bimbel ternama di kota mereka. Sebut saja beberapa lembaga belajar besar di kota-kota kita. Mereka bahkan sering kelabakan di awal ajaran tahun baru dengan tambahan murid segitu banyak. Hal ini dimanfaatkan untuk membuka cabang di beberapa tempat dan mempush murid membayar mahal. Tak salah memang, namun tentu anak-anak yang tak berminat makin malas belajar mempersiapkan diri.

    Seperti yang kita tahu, gaya belajar anak memanglah berbeda antara satu dengan yang lain. Tak seharusnya para orangtua menekan dan menyuruh mereka belajar terus menerus. Ada saatnya mereka belajar tanpa harus diomeli dulu oleh para orangtua. Apalagi kebiasaan belajar telah kita tanamkan sejak dini apa diri para anak. Secara tak langsung mereka akan menyadarinya dan melakukan hal tersebut, ada atau tanpa ada Anda di sekitar mereka.

    Upaya ini taklah harus memang dianggap sebagai komersialisasi pelajaran semata. Pasalnya tak hanya pihak lembaga yang diuntungkan, namun para siswa pun akan diajarkan dengan cara yang jauh lebih simple. Dengan begini, anak-anak lebih mudah paham dan mengerti dengan materi pelajaran yang disampaikan. Di samping itu, bekal materi ini nantinya bisa pula digunakan untuk menjawab soal sbmptnketika hendak melanjutkan ke perguruan tinggi.

    Namun, bila dirasa kurang, anak-anak bisa ikut kelas intensif yang disediakan. Umumnya lembaga belajar menerapkan sistem yang lebih ketat untuk menghadapi ujian perguruan tinggi. Hal ini dikarenakan semakin sulit dan ketatnya penyaringan yang dilakukan oleh pemerintah. Tak ayal jumlah peserta yang mendaftar dan diterima terpaut sangat signifikan. Dalam hitungan kasar saja, seorang anak harus bersaing dengan 1.000 orang lainnya untuk memperebutkan 1 bangku di PTN.

    Seleksi sbmptn bukanlah isapan jempol belaka sebenarnya. Begitu banyak anak-anak yang akhirnya harus masuk perguruan tinggi swasta karena tak mampu bersaing. Namun ada pula yang mengusahakan cara tak sehat untuk tetap duduk di bangku kuliah. Satu hal yang pasti, cara ini taklah boleh dilakukan karena mendidik insan muda untuk tak jujur. Bagaimana bisa mereka maju jika diawali dengan langkah yang tak baik?
     
  2. guysensei

    guysensei New Member

    Joined:
    Mar 22, 2016
    Messages:
    5
    Likes Received:
    0
    Trophy Points:
    1
    untuk UN, aku gak setuju dan lebih baik UN ditiadakan *interupsi*
     
Loading...

Share This Page