Ilmuwan Ciptakan Tikus Berbulu Hasil Rekayasa Genetik DNA Mammoth

Updated 09 Maret 2025 Bersosial Science

Tikus Berbulu Hasil Rekayasa Genetik

Dalam dunia penelitian ilmiah, terobosan terbesar sering dimulai dari hal yang sangat kecil. Seiring dengan upaya kontroversial untuk menghidupkan kembali mammoth berbulu yang punah, ilmuwan telah mengambil langkah pertama dengan menciptakan "tikus berbulu" melalui rekayasa genetik.

Colossal Biosciences mengungkapkan keberhasilan mereka dalam menggenetika tikus secara khusus untuk tumbuh dengan bulu tebal dan hangat menggunakan DNA mammoth. Meskipun tikus ini mungkin tidak cukup menakutkan untuk menjadi bintang film Jurassic Park, Colossal percaya bahwa ini adalah langkah awal yang penting untuk menghadirkan kembali makhluk raksasa yang hilang.

Dengan membandingkan DNA mammoth kuno dengan gen gajah modern, tim Colossal berhasil 'menghidupkan kembali' sifat fisik yang dulunya membantu mammoth bertahan dalam iklim dingin. Perubahan pada hanya delapan gen kunci membuat tikus ini menunjukkan variasi dramatis dalam warna, tekstur, panjang, dan ketebalan bulu mereka.

Dr. Beth Shapiro, kepala ilmuwan di Colossal menyatakan: "Tikus ini adalah validasi bahwa jalur de-extinction kami - dari analisis genom, pemetaan varian DNA kuno ke sifat fisik, hingga rekayasa perubahan genetik tersebut ke dalam hewan dan mengamati perubahan yang diprediksi - berhasil."

Proses Penciptaan Tikus Berbulu

Untuk menciptakan tikus berbulu ini, para peneliti memulai dengan mengidentifikasi gen-gen yang bertanggung jawab atas bulu mammoth. Gajah Asia memiliki kesamaan genome sekitar 95 persen dengan mammoth berbulu, menjadikannya kerabat terdekat dari spesies yang punah tersebut.

Dr. Shapiro menambahkan: "Analisis genom komparatif kami terhadap mammoth dan gajah mengidentifikasi gen-gen yang berubah pada mammoth sejak mammoth terpisah dari gajah, yang seharusnya penting untuk membuat mammoth lebih mirip mammoth."

Colossal menganalisis total 121 genom mammoth dan gajah untuk menemukan 10 gen yang cocok untuk fisiologi tikus. Gen tersebut terkait dengan panjang, ketebalan, dan tekstur bulu, serta metabolisme lipid, yang mengatur bagaimana hewan menambah berat badan—faktor penting untuk bertahan hidup di lingkungan dingin.

Mereka kemudian melakukan perubahan genetik pada telur tikus yang telah dibuahi menggunakan berbagai alat penyuntingan gen. Setelah berkembang menjadi embrio, mereka disisipkan ke dalam ibu pengganti, yang kemudian melahirkan tikus dengan kombinasi tujuh gen yang direkayasa.

Misalnya, tikus berbulu diberikan edit pada gen yang disebut Fibroblast growth factor 5 (FGF5), yang memungkinkan bulu mereka tumbuh hingga tiga kali lebih panjang dari tikus biasa. "Karena tikus berbulu kami memiliki bulu yang lebih lebat dibandingkan tikus laboratorium biasa, kami berharap tikus berbulu kami akan lebih menyukai kondisi yang sedikit lebih dingin," kata Ben Lamm, CEO Colossal.

Masa Depan Mammoth Berbulu

Teknik yang sama diharapkan dapat diterapkan pada DNA gajah untuk menciptakan generasi baru mammoth berbulu yang dapat dilepaskan kembali ke alam. Colossal berencana mengambil genom gajah secara lengkap dan menyisipkan gen untuk membuat mereka lebih mirip mammoth.

Lamm menjelaskan: "Kami menargetkan untuk memiliki embrio mammoth pertama kami pada akhir tahun 2026 dan setelah 22 bulan, kami berharap dapat memiliki anak mammoth yang direkayasa pertama kami pada akhir tahun 2028."

Namun, tidak semua ilmuwan sepakat bahwa pencapaian ini merupakan langkah penting. Dr. Alena Pance dari Universitas Hertfordshire menyatakan: "Kemampuan untuk menggunakan tikus untuk memeriksa dan menguji hubungan gen-trait dan hipotesis tentang karakteristik fisik menggunakan genom dari organisme yang punah mungkin akan bermanfaat, tetapi pada umumnya tidak begitu baru."

Sementara itu, isu besar yang harus diatasi adalah perbedaan signifikan dalam periode gestasi antara tikus dan gajah. Tikus biasanya melahirkan hanya tiga minggu setelah inseminasi, sedangkan kehamilan gajah berlangsung sekitar dua tahun, yang merupakan periode gestasi terpanjang di antara hewan.

Meskipun responsif terhadap penggunaan tikus sebagai model uji, para ilmuwan masih bertanya-tanya tentang keamanan dan dampak ekologis dari melepaskan spesies yang telah punah ke alam liar.

Dengan demikian, meskipun harapan untuk reintroduksi mammoth berbulu semakin dekat, tantangan besar dalam eksperimen genetika ini masih memerlukan perhatian dan penelitian lebih lanjut untuk memastikan keberhasilan dan keberlanjutan dari upaya tersebut.

Published: 09 Maret 2025
Tags:

Related articles