Foto: UNSPLASH/KANCHANARA
Harga bitcoin mengalami penurunan drastis hingga mencapai level terendah sejak November lalu, memicu ketidakstabilan di pasar kripto secara keseluruhan. Dalam beberapa hari terakhir, hampir setengah triliun dolar telah terhapus dari nilai pasar aset digital ini. Apa penyebabnya?
Bitcoin Jatuh di Bawah $89.000, Janji Trump Belum Terwujud
Bitcoin, aset kripto terbesar di dunia, sempat menyentuh rekor tertinggi sepanjang masa di atas $108.000 pada Januari lalu, bersamaan dengan pelantikan Donald Trump sebagai Presiden AS. Saat itu, Trump menyatakan diri sebagai "presiden bitcoin pertama" dan berjanji mendukung industri kripto. Namun, setelah hampir sebulan menjabat, pemerintahannya belum merealisasikan janji-janji kunci seperti pembentukan "Bitcoin Strategic Reserve" atau regulasi pro-kripto.
"Meski pemerintahan Trump vokal mendukung kripto, industri masih menunggu bukti nyata, seperti cadangan strategis bitcoin yang sempat diwacanakan," ujar Petr Kozyakov, CEO bursa kripto Mercuryo, kepada The Independent. Penundaan ini diduga menjadi salah satu pemicu ketidakpercayaan investor.
Peretasan Bybit: Pencurian $1,5 Miliar Picu Panik
Faktor lain yang memperparah penurunan harga adalah peretasan besar-besaran terhadap platform Bybit pada Jumat lalu. Pelaku berhasil mencuri sekitar $1,5 miliar dari dompet ethereum milik bursa yang berbasis di Dubai tersebut. Insiden ini disebut sebagai "peretasan digital terbesar sepanjang sejarah".
Dampaknya langsung terasa: harga ethereum anjlok lebih dari 15% dalam beberapa hari, sementara aset kripto populer lainnya seperti Solana dan XRP juga mengalami kerugian signifikan. Penurunan ini mencerminkan kerentanan pasar terhadap serangan siber dan ketidakstabilan proyek selain bitcoin.
Kekhawatiran atas Kebijakan Fed dan Posisi Bitcoin sebagai "Safe Haven"
Selain faktor politik dan keamanan, ketakutan investor terhadap kebijakan moneter Federal Reserve (Fed) turut memicu aksi jual. Kenaikan suku bunga yang berpotensi dilanjutkan Fed membuat investor beralih ke aset tradisional, meninggalkan aset berisiko tinggi seperti kripto.
Kozyakov menambahkan, "Pasar kripto sedang mengalami penilaian ulang. Alih-alih dianggap sebagai 'emas digital', bitcoin masih dipandang sebagai aset berisiko tinggi yang mudah dijual saat ada gejolak." Penurunan harga ini menunjukkan bahwa bitcoin belum sepenuhnya diakui sebagai "safe haven" seperti logam mulia.
Masa Depan Pasar Kripto: Antara Harapan dan Ketidakpastian
Meski bitcoin tetap menjadi aset kripto paling bernilai sejak 2009, volatilitasnya mengingatkan investor bahwa pasar ini masih sangat spekulatif. Janji politik, kerentanan keamanan, dan kebijakan ekonomi global akan terus menjadi faktor penentu. Seperti dikatakan Kozyakov, "Posisi bitcoin masih di pinggiran alam semesta keuangan—siap dijual begitu ada tanda masalah."
Untuk saat ini, investor disarankan tetap waspada. Anjloknya harga bukan hal baru di dunia kripto, namun kombinasi faktor eksternal ini bisa menjadi ujian berat bagi pemulihan pasar dalam beberapa bulan mendatang.