Apple Vision Pro. Foto: AP/Noah Berger
Jakarta - Setelah satu tahun sejak peluncurannya pada Februari 2024, headset mixed-reality Apple Vision Pro ternyata tidak memenuhi harapan banyak penggunanya. Beberapa pengguna mengungkapkan penyesalan atas pembelian perangkat yang dihargai USD 3.499 (sekitar Rp 57,7 juta) ini, yang dinilai kurang nyaman dan terbatas dari segi dukungan perangkat lunak.
Dalam wawancara yang dilakukan oleh Wall Street Journal, Dustin Fox, seorang agen perumahan asal Virginia, menyatakan bahwa headset yang dibelinya kini terpinggirkan dan hanya digunakan empat kali dalam setahun. “Saya tidak bisa memakainya lebih dari 20 atau 30 menit tanpa membuat leher saya sakit,” ujarnya.
Fox awalnya terpukau oleh potensi perangkat ini dalam meningkatkan produktivitas, namun kini mempertimbangkan untuk menjualnya setelah menyadari harga jual kembali yang telah turun drastis.
Tovia Goldstein, pengguna lainnya, juga berbagi pengalamannya. Ia menganggap pengalaman menonton konten di Vision Pro sangat tidak memuaskan. “Proses untuk mengakses aplikasi baru di visionOS App Store rumit, saya harus menghubungkan baterai eksternal dan menunggu beberapa menit sebelum dapat menggunakannya,” keluh Goldstein. Ia bahkan menyarankan agar orang lain tidak membeli perangkat ini kecuali benar-benar memiliki uang berlebih.
Anthony Racaniello, pengguna awal dari Philadelphia, juga merasakan hal yang sama. Saat mencoba menggunakan headset di tempat kerja dan saat perjalanan, ia merasa terasingkan dan mendapat perhatian negatif dari orang di sekitarnya.
Racaniello akhirnya menjual Vision Pro-nya dengan harga USD 1.900, jauh lebih murah dari harga beli. “Itu jelas merupakan gambaran masa depan. Tapi untuk sekarang, Anda harus mengenakan perangkat seberat 500 pon di wajah Anda dan membiarkan orang lain menertawakan Anda,” ungkapnya.