Jet Tempur China J-10C Tembak Jatuh Rafale India, Ketegangan Meningkat

Updated 10 Mei 2025 Bersosial Internasional

Jet Tempur J-10C Jet tempur J-10C buatan China. Gambar: APF

Jakarta - Ketegangan antara India dan Pakistan kembali memuncak setelah Menteri Luar Negeri Pakistan, Ishaq Dar, mengklaim bahwa jet tempur J-10C buatan China telah menembak jatuh beberapa pesawat tempur India, termasuk jet Rafale yang canggih. Pernyataan tersebut disampaikan di hadapan parlemen Pakistan dan menambah suhu konflik di kawasan yang sudah bergejolak.

Dar mengatakan, "Jet tempur kami menembak jatuh tiga Rafale India. Jet tempur kami adalah J-10C," seperti yang dikutip dari Yahoo News pada Jumat (9/5/2025). Meskipun klaim ini dianggap ambisius, dua pejabat AS telah mengonfirmasi bahwa Pakistan menggunakan J-10C untuk menembakkan rudal yang menjatuhkan setidaknya dua pesawat India, dengan setidaknya satu di antaranya adalah Rafale.

Pemerintah Prancis juga telah mengonfirmasi kepada CNN bahwa jet Rafale yang dioperasikan oleh India telah ditembak jatuh oleh angkatan udara Pakistan. Sementara itu, pihak India tetap bungkam dan menolak memberikan komentar mengenai kejadian tersebut.

Kejadian ini menandai pertempuran bersenjata canggih pertama antara sistem persenjataan China dan negara-negara Barat. Keberhasilan J-10C yang didukung oleh rudal PL-15 berpotensi mengubah dinamika pertahanan udara di kawasan ini. Blogger di China telah memuji jangkauan rudal PL-15E yang dianggap dapat menjangkau hingga 150 kilometer, membuatnya mampu menyaingi jet tempur canggih seperti Rafale dan SU-30MKI.

China, sebagai pemasok utama senjata bagi Pakistan, telah menyuplai sekitar 82% dari total impor senjata Pakistan antara tahun 2019 dan 2023, sesuai dengan data dari Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm. Analis di India sebelumnya pernah meramalkan bahwa pengadaan J-10C oleh Pakistan bertujuan untuk menghadapi ancaman dari Rafale.

Spesifikasi J-10C

Chengdu J-10C Vigorous Dragon adalah pesawat tempur multiperan generasi 4,5 yang dirancang untuk superioritas pertempuran dengan kemampuan manuver yang tinggi. Jet ini dilengkapi radar Active Electronically Scanned Array (AESA) yang memungkinkan deteksi dan pelacakan dalam berbagai kondisi cuaca. Ia juga memiliki sistem peperangan elektronik yang terintegrasi, serta mampu membawa muatan berat hingga 6.000 kg, termasuk berbagai rudal dan amunisi berpemandu.

Ketegangan antara kedua negara bersenjata nuklir ini semakin mengkhawatirkan dunia internasional, dengan potensi konsekuensi yang lebih luas bagi industri pertahanan global. Para analis dan pengamat saat ini memperhatikan dengan seksama perkembangan terbaru dalam konflik ini, yang bisa berdampak signifikan terhadap kebijakan keamanan di Asia Selatan.

Published: 10 Mei 2025
Tags:

Related articles