Kemenangan Konservatif dalam Pemilihan Jerman: Partai Far-Right Meroket ke Posisi Kedua

Updated 25 Februari 2025 Bersosial Internasional

Alice Weidel di Pemilihan Umum Jerman Alice Weidel dari AfD di Pemilihan Umum Jerman. Foto: AP

Pemilihan umum di Jerman membawa berita mengejutkan: oposisi konservatif berhasil meraih suara terbanyak. Proses pemilu ini dilaksanakan sebagai respons terhadap serangkaian serangan teroris dan ketidakpastian ekonomi yang terus melanda negara tersebut.

Provisional results mengungkapkan bahwa Friedrich Merz, pemimpin dari Partai Kristen Demokrat (CDU), berpeluang besar untuk menjadi Kanselir berikutnya. Sementara itu, Partai Alternatif untuk Jerman (AfD), yang berhaluan kanan jauh, melesat ke posisi kedua dalam pemilihan ini.

Dominasi kampanye pemilihan kali ini diwarnai oleh kekhawatiran tentang stagnasi ekonomi Jerman dan tekanan untuk mengetatkan kebijakan imigrasi. Merz, dalam kampanyenya, menekankan pentingnya pendekatan yang lebih ketat terhadap masalah imigrasi, yang menjadi isu hangat di tengah masyarakat.

Hasil pemilu yang dirilis oleh otoritas pemilihan menunjukkan bahwa CDU berhasil meraih 208 dari total 630 kursi di Bundestag, sedangkan AfD mengumpulkan 152 kursi. Partai Sosial Demokrat (SPD) yang dipimpin oleh Kanselir Olaf Scholz hanya mendapatkan 120 kursi, sementara Partai Kiri meraih 64 kursi. Partai Sahra Wagenknecht dan Partai Demokrat Bebas (FDP) diperkirakan tidak memenuhi ambang batas lima persen untuk mendapatkan kursi di parlemen.

Dalam pidato setelah pengumuman hasil, Merz menyatakan harapannya untuk membentuk pemerintahan paling lambat pada musim semi. Ia juga menegaskan, "saya berharap untuk membentuk pemerintahan secepat mungkin." Meski begitu, ia menolak kemungkinan berkoalisi dengan AfD, partai yang mencuri perhatian dengan hasil pemilu yang signifikan.

AfD Rayakan Hasil Sejarah

Partai AfD merayakan hasil pemilihan yang mencolok ini, dengan pemimpin Alice Weidel menyebutnya sebagai "hasil yang bersejarah". Ia berambisi untuk menjadi partai utama dalam pemilihan selanjutnya, menunjukkan bahwa dukungan untuk mereka semakin menguat. Weidel berkata, "untuk tidak membentuk koalisi dengan kami adalah sama dengan penipuan terhadap pemilih."

Meskipun Merz menutup kemungkinan berkoalisi dengan AfD, ada suara-suara di dalam CDU yang menyatakan bahwa ini adalah “pemerintahan terakhir” untuk menghadapi meningkatnya daya tarik AfD. Seorang analis politik, Nicolai von Ondarza, mencatat bahwa CDU harus lebih tegas dalam mengatasi isu-isu ekonomi dan kebijakan migrasi untuk tidak kehilangan dukungan dari pemilih.

Kekalahan Mengejutkan untuk Sosial Demokrat

Kanselir Olaf Scholz menerima kenyataan pahit dengan mengakui hasil yang merugikan bagi partainya, yang sebelumnya merupakan penguasa. Ia menyebut hasil ini sebagai "hasil pemilu yang menyedihkan", dan menyerukan agar partai lain tidak bekerja sama dengan AfD. "Kita tidak boleh menerima kenyataan bahwa jauh ke kanan, AfD, telah mendapatkan hasil baik. Saya tidak akan pernah menerima itu," ungkap Scholz.

Dengan partai-partai kecil gagal mencapai ambang batas, hasil pemilu ini menciptakan lanskap politik yang terfragmentasi di Jerman. Masyarakat Jerman pun menunjukkan antusiasme yang tinggi, dengan tingkat partisipasi pemilih mencapai 83,5 persen, tertinggi sejak reunifikasi tahun 1990.

Agenda Baru dan Tugas Besar di Depan

Menjelang minggu-minggu mendatang, Merz menghadapi tantangan besar, mulai dari memulihkan ekonomi Jerman, mempertahankan dukungan untuk Ukraina, hingga menyeimbangkan kebijakan dalam menghadapi kebangkitan AfD. Ia mengingatkan bahwa "dunia tidak menunggu" untuk pemilu yang berkepanjangan.

Di sisi lain, dukungan dari tokoh global seperti Donald Trump, yang merayakan hasil pemilihan konservatif di Jerman sebagai kemenangan bagi gerakan politik serupa di seluruh dunia, menunjukkan bagaimana pemilihan ini memiliki resonansi di luar perbatasan Jerman.

Published: 25 Februari 2025
Tags:

Related articles