Masjid Sidi Saiyyed abad ke-16 di Ahmedabad. Foto: AFP via Getty Images
Sejumlah peneliti mengungkapkan bahwa bingkai matematis yang tersembunyi dalam karya-karya seniman terkenal seperti Leonardo da Vinci dan Piet Mondrian mengikuti pola percabangan yang ada di alam, menurut studi terbaru yang diterbitkan dalam jurnal PNAS Nexus.
Pohon-pohon di alam mengikuti pola percabangan "self-similar" yang dikenal sebagai fraktal, di mana struktur yang sama diulang pada skala yang lebih kecil dari batang hingga ujung cabang. Dalam penelitian ini, para ilmuwan menganalisis secara matematis skalasi ketebalan cabang dalam gambar pohon yang ada di berbagai karya seni.
“Analisis kami menunjukkan bahwa pohon dalam karya seni dapat dianggap sebagai bentuk fraktal yang self-similar, dan kami membandingkan secara empiris seni dengan teori ketebalan cabang yang telah dikembangkan dalam biologi,” ungkap tim peneliti.
Sketsa Pohon oleh Da Vinci. Foto: Institut de France Manuscript M, p. 78v
Leonardo da Vinci, seniman Renaisans asal Italia, pernah mencatat bahwa cabang-cabang pohon mempertahankan ketebalannya saat bercabang. Ia mempergunakan parameter yang disebut α untuk menentukan hubungan antara diameter cabang yang berbeda. Ia berpendapat bahwa jika ketebalan cabang sama dengan jumlah ketebalan dua cabang yang lebih kecil, maka nilai parameter α adalah 2.
Peneliti melakukan analisis terhadap gambar pohon dalam seni dari berbagai belahan dunia, mencakup seni dari Masjid Sidi Saiyyed abad ke-16 di Ahmedabad, lukisan Jepang dari periode Edo, hingga seni abstrak abad ke-20.
Dari penelitian tersebut, ditemukan bahwa nilai α dalam karya seni ini berkisar antara 1,5 hingga 2,8, yang mirip dengan rentang nilai α pada pohon-pohon alami. "Kami menemukan α dalam rentang 1,5 hingga 2,8 yang sesuai dengan rentang yang ada pada pohon alami," tulis para ilmuwan.
"Gray Tree" karya Piet Mondrian. Foto: Gemeentemuseum Den Haag
Menariknya, bahkan lukisan abstrak seperti "Gray Tree" karya Piet Mondrian pada tahun 1911, yang tidak memperlihatkan warna-warna khas pohon, masih dapat dikenali sebagai pohon jika menggunakan nilai α yang realistis.
"Lukisan abstrak dengan α yang realistis dapat dikenali sebagai pohon, sedangkan lukisan yang serupa lainnya yang tidak memiliki nilai tersebut tidak dapat dikenali sebagai pohon," tambah para peneliti.